Gelombang Kritik Warganet
Sejak trailer film dirilis, kolom komentar media sosial produser dibanjiri berbagai kritik. Sebagian warganet mempertanyakan kesesuaian kualitas animasi dengan dana yang digelontorkan.
Beberapa komentar menilai bahwa kualitas visual dan animasi tidak sebanding dengan anggaran hampir Rp7 miliar. Ada pula yang membandingkan hasilnya dengan standar film animasi lokal terdahulu seperti "Jumbo" atau "Meraih Mimpi".
Salah satu sorotan lain adalah keberadaan adegan gudang senjata yang dinilai janggal untuk film anak-anak bertema nasionalisme.
Warganet menyebut bahwa penyajian cerita kurang matang dan tidak didukung riset visual yang memadai.
Baca Juga: Arti FR dalam bahasa gaul TikTok? Begini Strategi Penggunaannya untuk FYP
Komentar pedas juga bermunculan, mulai dari menyebut film ini layak tayang di era 1940-an, hingga menganggapnya sebagai "aib negara" di ranah animasi.
Kritik tersebut tidak hanya soal teknis, tetapi juga mempertanyakan efektivitas penggunaan dana produksi.
Sinopsis Cerita
Film Merah Putih One For All mengisahkan sebuah desa yang tengah bersiap menyambut perayaan HUT RI.
Bendera pusaka yang setiap tahun dikibarkan pada upacara 17 Agustus hilang secara misterius. Delapan anak dari latar budaya berbeda bersatu membentuk Tim Merah Putih.
Mereka menghadapi berbagai rintangan: menembus hutan lebat, melintasi sungai deras, menghadapi badai, dan mengatasi konflik internal demi satu tujuan mulia untuk mengibarkan bendera di hari kemerdekaan.
Perjalanan mereka penuh momen lucu, tegang, hingga menyentuh hati. Cerita sarat pesan bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan penghalang, serta menegaskan pentingnya kerja sama dan cinta tanah air.