Ilustrasi iklan yang tiba-tiba muncul di handphone. (Sumber: Pexels/freemockups.org)

TEKNO

Asus Zenfone Meredup, Asus Gagal Adaptasi? Ini Penyebab Dominasi Pasar Bergeser ke Merek Lain

Selasa 05 Agu 2025, 07:59 WIB

POSKOTA.CO.ID - Di pertengahan 2010-an, nama Asus Zenfone nyaris identik dengan smartphone berkualitas tinggi dengan harga yang sangat bersahabat.

Kombinasi desain berani, performa kencang, serta harga di bawah rata-rata menjadikan Zenfone primadona di pasar gadget, khususnya di Indonesia. Namun, memasuki pertengahan dekade kedua abad 21, pamor Zenfone perlahan tenggelam bahkan banyak pengguna gadget generasi baru yang tak lagi mengenalnya.

Mengapa sebuah brand yang pernah berada di puncak bisa jatuh begitu dalam? Untuk menjawabnya, kita perlu menelusuri perjalanan Asus Zenfone secara kronologis, sambil menilik apa saja pelajaran yang bisa dipetik dari naik turunnya salah satu merek smartphone paling bersejarah ini.

Baca Juga: 5 Industri Masa Depan yang Bisa Bikin Kaya Raya Menurut Timothy Ronald

Momen Keemasan: Ketika Zenfone Menjadi Idola di Pasar Kelas Menengah

Tahun 2014 menjadi tahun penting bagi Asus. Perusahaan teknologi asal Taiwan ini meluncurkan Zenfone 4, 5, dan 6, yang bukan penanda generasi, melainkan ukuran layar. Dengan harga di bawah Rp2 juta, Asus menawarkan spesifikasi yang saat itu tergolong "wah": prosesor Intel Atom, RAM besar, desain unik, dan kamera yang lebih mumpuni dibandingkan para pesaing di kisaran harga serupa.

Yang menarik, Asus membawa keunggulan dari reputasinya di dunia laptop ke ranah smartphone. Konsumen, terutama kalangan mahasiswa dan pelajar, langsung tertarik. Banyak yang merasa mendapatkan nilai lebih dari setiap rupiah yang mereka keluarkan.

Tahun berikutnya, Zenfone 2 lahir dan mencetak sejarah sebagai smartphone pertama dengan RAM 4 GB. Ini adalah langkah yang sangat progresif pada zamannya, menunjukkan bahwa Asus tidak sekadar bermain aman, melainkan benar-benar ingin mengguncang pasar.

Zenfone juga mencoba menyasar berbagai segmen pengguna. Misalnya, Zenfone Selfie dengan kamera depan 13 MP plus dual-tone flash dirancang untuk kaum muda yang aktif di media sosial. Hasilnya, pasar remaja terserap dengan cepat.

Puncak Popularitas dan Ketangguhan di Indonesia

Di Indonesia, kehadiran Asus Zenfone begitu kuat hingga sempat menembus tiga besar merek smartphone terpopuler. Iklan mereka mudah ditemui, baik di televisi nasional, media cetak, hingga billboard besar di jalan protokol.

Brand awareness meningkat drastis. Asus menjadi nama yang akrab di kalangan pengguna entry-level hingga kelas menengah. Namun, seperti banyak cerita sukses lainnya, masa kejayaan itu tidak berlangsung lama.

Penyebab Kemunduran Asus Zenfone

Banyak yang tak sadar bahwa Zenfone perlahan mulai menghilang dari radar publik. Bahkan di tahun 2025, masih ada yang terkejut saat tahu bahwa Asus masih memproduksi lini Zenfone. Apa yang salah?

1. Prosesor Intel: Strategi Berisiko yang Gagal Total

Keputusan awal Asus menggunakan prosesor Intel menjadi bumerang. Sistem Android tidak optimal berjalan pada chipset ini. Banyak aplikasi tidak kompatibel atau berjalan lambat. Saat akhirnya Asus beralih ke Snapdragon, pesaing mereka sudah terlalu jauh melaju.

2. ZenUI yang Berat dan Tidak Stabil

Antarmuka ZenUI memang punya identitas visual, tapi keluhan soal performa lambat, bug, dan boros baterai terus bermunculan. Pengalaman pengguna yang buruk menjadi salah satu faktor utama konsumen berpaling ke merek lain yang menawarkan UI lebih ringan dan mulus.

3. Inovasi Desain yang Mandek

Saat produsen lain seperti Xiaomi dan Samsung berlomba membuat desain bezel-less atau punch-hole, Zenfone masih berkutat dengan estetika lama. Produk mereka terlihat "tua" di tengah pasar yang menginginkan kesegaran desain.

4. Salah Fokus Segmen Pasar

Alih-alih terus memperkuat posisi di kelas menengah yang sudah mapan, Asus justru mencoba naik kelas melalui seri Zenfone Deluxe dan Zoom yang menyasar segmen premium. Sayangnya, mereka masuk ke segmen ini tanpa diferensiasi kuat, dan akhirnya kalah telak dari merek-merek besar.

5. Terlalu Fokus ke ROG Phone

Lini ROG Phone memang sukses besar dan menjadi standar baru smartphone gaming. Namun, perhatian Asus yang terlalu condong ke ROG membuat Zenfone seperti proyek sampingan. Produk Zenfone terbaru seperti Zenfone 9 atau Zenfone X sebenarnya sangat solid, namun minim eksposur dan promosi.

Asus Zenfone Hari Ini: Masih Hidup, Tapi Tak Terlihat

Masih ada beberapa produk Zenfone yang dirilis dalam beberapa tahun terakhir, bahkan dengan kualitas unggulan: desain ringkas, chipset flagship, baterai tahan lama, dan antarmuka ZenUI yang lebih ringan. Namun, strategi Asus untuk memproduksi secara terbatas, menjual dengan harga premium, dan tidak gencar promosi membuat Zenfone terasa “eksklusif”—bukan dalam arti positif, tapi dalam konteks tidak dikenali oleh pasar.

Dari kacamata manusia dan bukan sekadar data, Asus seperti perusahaan yang terlena oleh masa lalu. Mereka berhasil menggebrak, namun gagal mempertahankan irama. Ketika konsumen berubah dan kompetitor bergerak cepat, Asus justru diam terlalu lama, mencoba bertaruh di segmen yang belum tentu cocok.

Zenfone adalah simbol dari bagaimana satu keputusan teknologi bisa memicu rangkaian efek domino. Prosesor Intel, UI berat, fokus yang menyimpang, dan promosi yang minim adalah kombinasi fatal. Namun ini bukan berarti mereka tidak bisa bangkit.

Baca Juga: Dedi Mulyadi dan Ayu Ting Ting Dikabarkan Dekat, Ini Respons Mengejutkan Ayah Ojak

Harapan dan Peluang: Comeback Masih Mungkin Terjadi

Dengan pengalaman dan sumber daya yang dimiliki Asus, peluang untuk comeback masih terbuka. Mereka bisa menghidupkan kembali Zenfone sebagai produk andalan kelas menengah yang stylish, ringan, dan inovatif. Namun, syaratnya tidak ringan:

Asus Zenfone adalah salah satu kisah naik-turun paling menarik di industri teknologi. Mereka pernah menjadi raja di pasar smartphone kelas menengah, namun jatuh karena terlalu lambat beradaptasi dan kurang memahami perubahan lanskap pasar.

Bagi konsumen, Zenfone adalah nostalgia akan masa ketika Rp2 juta bisa membawa pulang ponsel kelas dewa. Bagi pelaku industri, Zenfone adalah pengingat bahwa inovasi awal bukan jaminan keberlangsungan. Butuh konsistensi, kemampuan membaca arah pasar, dan keberanian mengubah strategi.

Kini, apakah Asus akan membiarkan Zenfone lenyap perlahan? Atau justru menjadikannya senjata untuk membalas dominasi kompetitor? Waktu yang akan menjawabnya.

Tags:
Zenfone terbaruZenfone 2penyebab Zenfone redupsejarah ZenfoneAsus ZenfoneAsus Zenfone 11 Ultra

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor