POSKOTA.CO.ID - Fujianti Utami, selebritas muda yang dikenal dengan gaya ekspresif dan citra elegannya, kembali menjadi pusat perhatian publik setelah mengunggah sebuah foto di Instagram pada awal Agustus 2025. Dalam unggahan itu, ia berdiri anggun di depan ikon Kota London Big Ben. Penampilannya begitu memesona: rambut hitam terurai, wajah natural, dan senyum tipis ke arah kamera.
Namun bukan hanya visual yang memikat, melainkan juga caption yang ditulisnya:
“Relationship status: crushing on Big Ben.”
Sontak, frasa ini menjadi pemicu reaksi beragam dari para pengikutnya, bahkan menjadi topik viral di platform TikTok dan X (sebelumnya Twitter).
Baca Juga: Viral Jukir Liar di Depok Buang Rp2.000, Minta Lebih
Makna “Crushing on Big Ben”: Bukan Sekadar Bahasa Gaul
Dalam bahasa Inggris gaul, “crushing on” berarti menyukai atau sedang jatuh cinta pada seseorang. Sedangkan “Big Ben” adalah menara jam bersejarah di London yang ikonik, tinggi, besar, dan penuh wibawa.
Ungkapan Fuji tersebut memunculkan dua kemungkinan makna:
- Literal: Fuji benar-benar menyukai London atau suasana kota tersebut.
- Metaforis: Fuji tengah menyampaikan rasa pada seseorang yang disamarkan sebagai “Big Ben.”
Sejumlah netizen bahkan menafsirkan bahwa Big Ben adalah julukan terselubung untuk seseorang berkarakter kuat, tinggi, dan karismatik layaknya ikon arsitektur tersebut.
Respons Netizen: Dari Pujian hingga Spekulasi Cinta
Respons publik terhadap unggahan ini sangat meriah. Sejumlah tokoh publik seperti Alice Norin, Sisi Sinta, dan Vilmei turut memuji kecantikan Fuji dalam kolom komentar.
Di TikTok, potongan video Fuji berbalut ilustrasi seorang pria misterius ramai beredar. Narasi yang dibangun adalah bahwa "Big Ben" merupakan sosok pria spesial yang kini hadir dalam hidup Fuji. Hal ini semakin memperkuat spekulasi publik bahwa unggahan Fuji bukan sekadar candaan, melainkan kode yang disengaja.
Tak sedikit pula pengguna media sosial yang langsung menanyakan:
- “Siapa Big Ben ini, Kak Fuji?”
- “Lagi dekat sama cowok bule ya?”
- “Kode keras buat gebetan nih.”
Namun, Fuji tidak memberikan klarifikasi lebih lanjut, baik melalui Instagram Stories maupun unggahan susulan. Teka-teki pun menggantung di benak para penggemarnya.
Fenomena "Soft Launching" dalam Budaya Selebritas
Fenomena ini bisa dibaca sebagai bagian dari tren media sosial saat ini: soft launching hubungan asmara. Dalam budaya digital modern, terutama di kalangan selebritas dan influencer, soft launching adalah cara untuk memberikan sinyal bahwa mereka tengah dekat dengan seseorang tanpa menyebutkan identitas secara gamblang.
Fuji, yang dikenal cerdas dalam membangun personal branding, tampaknya memahami betul dinamika ini. Caption-nya berpotensi:
- Membangun rasa penasaran,
- Menarik interaksi di media sosial,
- Sekaligus menjaga privasi hubungan pribadi.
Dalam konteks ini, “crushing on Big Ben” bisa menjadi bagian dari strategi komunikasi yang halus namun efektif.
Dari sudut pandang psikologis, unggahan seperti ini menunjukkan kebutuhan untuk mengekspresikan diri tanpa perlu membuka semua hal secara eksplisit. Fuji, yang hidup di bawah sorotan publik, mungkin menemukan cara untuk menyalurkan perasaannya melalui bahasa metaforis yang aman namun tetap bermakna.
Bagi sebagian pengikut, cara ini terasa autentik dan personal. Mereka merasa dilibatkan dalam narasi personal idolanya tanpa harus masuk terlalu dalam ke ranah privasi.
Kritik dan Dukungan: Polarisasi Publik adalah Hal Biasa
Tentu saja, tidak semua pihak bersikap positif. Beberapa komentar mempertanyakan relevansi unggahan tersebut:
- “Nggak penting, siapa juga si Big Ben?”
- “Lagi cari perhatian aja kayaknya.”
Namun, kritik ini justru memperkuat satu hal: apa pun yang Fuji unggah, akan selalu menjadi sorotan.
Dalam budaya populer saat ini, polarisasi adalah bagian dari eksistensi figur publik. Fuji tampaknya sudah cukup dewasa untuk mengelola dinamika tersebut.
Big Ben: Simbol Kota dan Simbol Cinta?
Big Ben sendiri sebagai objek memiliki banyak makna. Sebagai jam ikonik di London, menara ini:
- Melambangkan ketepatan waktu,
- Stabilitas,
- Dan kehadiran yang megah.
Jika Fuji menggunakan simbol ini sebagai metafora cinta, maka pilihannya bisa diartikan bahwa pria yang ia maksud adalah sosok yang:
- Konsisten hadir dalam hidupnya,
- Mempunyai karakter kuat,
- Dan mencerminkan ketegasan atau wibawa.
Sebuah metafora yang puitis dan jauh dari kesan sembarangan.
Spekulasi Netizen: Apakah untuk Aisar Khaled?
Nama Aisar Khaled sempat dikaitkan dengan Fuji setelah unggahannya yang bertuliskan: “Would you be mine?” yang juga viral di TikTok. Hubungan antara unggahan Aisar dan Fuji menjadi bahan obrolan di forum daring, meski tidak ada pernyataan resmi dari keduanya.
Apakah Big Ben adalah Aisar? Atau sosok lain?
Jawaban itu, mungkin hanya diketahui oleh Fuji dan lingkaran terdekatnya.
Baca Juga: Tak Perlu Lagi Antre di Samsat, Gunakan bjb T-Samsat dan Agen Samsat bjb BiSA
Dampak terhadap Citra dan Interaksi Digital Fuji
Unggahan ini menunjukkan bahwa Fuji memiliki kemampuan untuk:
- Mengontrol narasi dirinya di media sosial,
- Meningkatkan engagement tanpa kontroversi negatif,
- Menjaga citra publik tetap elegan namun tidak membosankan.
Citra Fuji yang selalu tampil dengan elegansi, ekspresif, namun tidak eksplisit, menjadikannya figur publik yang relevan di tengah hiruk-pikuk selebritas muda lainnya.
Unggahan Fuji dengan caption “Crushing on Big Ben” bukan hanya candaan kasual atau iseng belaka. Di balik satu kalimat itu, tersimpan lapisan makna: sebagai bentuk ekspresi, sebagai strategi personal branding, sekaligus sebagai misteri yang mengundang partisipasi publik dalam menafsirkannya.
Sebagai publik, kita bisa mengapresiasi kecerdasan emosional Fuji dalam menavigasi dunia selebritas digital—di mana setiap caption bisa menjadi headline, dan setiap emoji bisa diartikan ribuan kali.