POSKOTA.CO.ID - Pelanggaran akademik, atau academic misconduct, bukanlah isu sepele yang dapat ditoleransi. Di balik setiap plagiarisme, manipulasi data, hingga kolusi ujian, tersembunyi dampak serius terhadap kualitas pendidikan dan moralitas peserta didik. Menurut Kementerian Agama (Kemenag), bentuk pelanggaran ini mencakup sejumlah praktik tidak etis, seperti:
- Plagiarisme tanpa pengakuan sumber asli
- Manipulasi data penelitian demi kepentingan pribadi
- Penggunaan jasa ghostwriter dalam pembuatan tugas akhir
- Kolusi antara peserta didik saat ujian
Jika dibiarkan, praktik ini akan merusak sendi-sendi integritas dunia pendidikan dan memperpanjang budaya ketidakjujuran.
Baca Juga: Wendy Walters Angkat Bicara Usai Terseret Isu Kedekatan Reza Arap dan Lula Lahfah
Mengapa ASN Perlu Turut Menangani Academic Misconduct?
Sebagai aparatur yang terlibat langsung dalam aktivitas akademik, terutama di lembaga pendidikan keagamaan, ASN memiliki tanggung jawab moral dan profesional untuk menegakkan etika. Peran mereka bukan hanya administratif, melainkan juga edukatif dan korektif.
Dalam konteks ini, Kemenag melalui platform Pintar mengadakan pelatihan khusus untuk membekali ASN dengan keterampilan dan wawasan dalam menangani pelanggaran akademik. Tujuannya bukan hanya untuk menghukum, tetapi juga membina dan mencegah.
Langkah Awal: Investigasi, Bukan Tuduhan Sepihak
Salah satu materi utama dalam pelatihan Pintar Kemenag adalah pentingnya investigasi awal sebelum pelaporan dilakukan secara resmi. Investigasi awal bertujuan untuk memastikan bahwa dugaan pelanggaran memiliki dasar yang kuat dan bukan sekadar asumsi.
Tahapan investigasi awal mencakup:
- Pengumpulan bukti awal: Salinan tugas, log revisi, atau catatan interaksi akademik.
- Pemeriksaan dengan perangkat anti-plagiarisme: Seperti Turnitin, Grammarly, atau PlagScan.
- Wawancara singkat dengan pihak-pihak yang terlibat (mahasiswa, dosen pembimbing, dll).
Melalui investigasi awal yang teliti, institusi dapat meminimalisasi kesalahan dalam penilaian dan mencegah konflik internal.
Pemanfaatan Perangkat Anti-Plagiarisme: Bukan Sekadar Formalitas
Perangkat lunak seperti Turnitin bukan hanya untuk "memenuhi syarat administrasi". Fungsi utamanya adalah membantu pengajar dan pengelola akademik dalam mendeteksi indikasi plagiarisme secara cepat dan akurat.
Dengan teknologi ini, instansi dapat:
- Menyaring tugas yang terindikasi jiplakan
- Membantu mahasiswa memahami pentingnya parafrase dan sitasi
- Menyediakan dokumentasi saat dibutuhkan untuk investigasi
Namun perlu digarisbawahi, tools ini hanya alat bantu. Evaluasi tetap membutuhkan pertimbangan etika, konteks, dan niat dari pelaku.
Kunci Jawaban Modul Pelatihan: Bukan untuk Mencontek, Tapi Belajar
Salah satu bagian penting dari pelatihan Pintar Kemenag adalah evaluasi modul pembelajaran. Berikut ini adalah referensi jawaban dari Modul 3.6 bagian 2, yang banyak dicari ASN peserta pelatihan:
No | Soal | Jawaban |
---|---|---|
1 | Mahasiswa gunakan karya orang lain tanpa tahu itu plagiarisme | B |
2 | Mahasiswa serahkan tugas tanpa referensi | C |
3 | Fungsi Turnitin dalam evaluasi akademik | D |
4 | Langkah pertama pelaporan academic misconduct | C |
5 | Penentu sanksi akhir terhadap pelaku | C |
6 | Jika pengajar terbukti plagiat | D |
7 | Pencegahan plagiarisme paling dasar | D |
8 | Dosen temukan manipulasi data | C |
9 | Pentingnya pembinaan pelanggar | A |
10 | Tantangan penegakan sanksi | A |
Referensi ini bukan untuk mencontek jawaban, melainkan untuk menumbuhkan pemahaman akan pentingnya respons yang tepat terhadap pelanggaran akademik.
Secara sosiologis, banyak akademisi dan mahasiswa di Indonesia tumbuh dalam budaya yang menoleransi copy-paste. Kalimat seperti "asal lulus", atau "yang penting selesai" menjadi narasi umum dalam kehidupan akademik. Hal ini menimbulkan pembenaran moral bahwa mencuri gagasan orang lain bukanlah kesalahan besar.
Dari perspektif kemanusiaan, pelaku pelanggaran akademik bukanlah musuh yang harus dibinasakan, melainkan cerminan sistem yang belum optimal membina kejujuran sejak awal. Banyak mahasiswa tidak pernah benar-benar diajari cara mengutip, menulis parafrase, atau mengolah data secara etis.
Pencegahan Lebih Baik daripada Hukuman
Alih-alih menunggu pelanggaran terjadi, lebih bijak jika institusi pendidikan mulai dari:
- Literasi akademik sejak awal perkuliahan
Mahasiswa wajib mengikuti workshop penulisan ilmiah, mengenal software referensi (Mendeley, Zotero), dan belajar kutipan standar (APA, MLA, dll). - Sosialisasi kode etik akademik secara rutin
Jangan menunggu kasus muncul untuk bicara soal etika. Buat kampanye kreatif seperti lomba video edukasi tentang integritas akademik. - Penguatan regulasi internal
Setiap institusi wajib memiliki SOP pelaporan dan penanganan pelanggaran akademik yang transparan, adil, dan berpihak pada kejujuran.
Peran Komite Etika dalam Menegakkan Kejujuran
Setelah investigasi awal dan pelaporan resmi dilakukan, tahapan selanjutnya adalah pembahasan di komite etika akademik. Komite inilah yang akan menentukan apakah dugaan pelanggaran terbukti dan sanksi apa yang sesuai.
Sanksi bisa berupa:
- Peringatan tertulis
- Pengulangan mata kuliah
- Diskors dari kegiatan akademik
- Pencabutan gelar dalam kasus berat
Namun, keputusan harus mempertimbangkan niat pelaku, tingkat pelanggaran, dan potensi perbaikan.
Baca Juga: Cara Dapat Uang Rp100 Juta Pertama untuk Pemula dari Timothy Ronald
ASN sebagai Penjaga Marwah Akademik
Sebagai garda depan dalam birokrasi pendidikan, ASN memiliki tanggung jawab ganda: menjalankan administrasi dan menjaga nilai-nilai luhur dunia akademik. Pelatihan dari Pintar Kemenag adalah langkah penting agar ASN tidak hanya menjadi pelaksana tugas, tapi juga agen perubahan dalam dunia pendidikan.
Mereka diharapkan:
- Menjadi narahubung antara pengelola akademik dan mahasiswa
- Mendorong pengembangan sistem evaluasi akademik yang adil
- Menyuarakan pentingnya integritas secara terus-menerus
Academic misconduct tidak bisa hanya diselesaikan lewat sanksi. Kita perlu membangun ekosistem pendidikan yang mendidik ulang, mengedukasi sejak dini, dan menanamkan nilai integritas sebagai fondasi. Melalui pelatihan seperti Pintar Kemenag, Indonesia bergerak menuju sistem pendidikan yang lebih etis dan bermartabat.
Karena pada akhirnya, kejujuran dalam dunia akademik adalah cermin dari masa depan bangsa yang jujur, cerdas, dan berintegritas.