“Mungkin kalau bulan Agustus ini kan maksudnya membuka peluang rezeki baru. Saya berharap pedagang kecil seperti saya tetap bisa berpenghasilan. Ibaratnya kami bisa dirangkul-lah sama ketua-ketua RT,” harapnya.
Sayangnya, Didi mengaku pendapatannya dari berjualan bendera dalam dua tahun terakhir terus mengalami penurunan. Padahal, ia dan pedagang lain hanya punya waktu terbatas, sekitar dua minggu, untuk berdagang setiap tahunnya.
“Dua tahun ke belakang omzet makin sepi aja. Padahal warga Indonesia itu harus punya rasa bangga. Bangga nih bisa beli bendera, bisa ingat pahlawan. Masa untuk beli bendera aja susah,” keluh Didi.
Baca Juga: Kenapa Bendera One Piece Dilarang Dikibarkan? Viral Masyarakat Ramai-ramai Pasang Bendera Bajak Laut
Ia menyebut, dahulu dirinya bisa memperoleh omzet hingga puluhan juta rupiah selama dua minggu menjelang 17 Agustus. Namun kini, pendapatannya hanya separuh dari angka tersebut.
“Tahun 2022 itu omzet paling besar saya. Waktu itu, orang-orang masih banyak yang beli langsung. Tapi sekarang, dapat 50 persennya aja udah syukur. Ibarat kerja pabrik sebulan, gitu,” ucapnya lirih.
Didi menjual berbagai jenis perlengkapan, mulai dari bendera merah putih dengan ukuran beragam, umbul-umbul, hingga tiang bambu. Untuk bendera ukuran 90 cm hingga 120 cm, ia mematok harga mulai dari Rp30.000. Sedangkan ukuran terbesar, yakni 180 cm, bisa mencapai Rp100.000.
Didi mengaku, meski tantangan utama saat ini berasal dari dominasi pasar online, ia masih kerap menemui pembeli-pembeli unik. Ada yang menawar harga sangat rendah, ada juga yang langsung membeli tanpa banyak tanya.
“Kadang ada juga yang rewel banget nawarnya. Tapi ya sudah biasa, saya juga ngerti kondisi orang beda-beda. Tapi kalau pembeli yang baik, satu kali nawar udah jadi,” ujarnya. (CR-3)