POSKOTA.CO.ID - Dalam rangka menghadapi Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) pada Uji Kompetensi PPG 2025, peserta diminta menyusun studi kasus berdasarkan pengalaman nyata selama proses pembelajaran.
Studi kasus ini kini difokuskan ke empat tema utama, yaitu: media pembelajaran, LKPD, strategi pembelajaran, dan penilaian.
Format studi kasus terdiri dari empat komponen kunci:
- Apa masalah yang dihadapi?
- Bagaimana cara menyelesaikannya?
- Apa hasil dari solusi tersebut?
- Apa pembelajaran yang didapat?
Berikut contoh studi kasus berdasarkan masing-masing tema:
Baca Juga: 3 Contoh Studi Kasus PPG 2025 untuk Guru SD-SMA Batas 500 Kata
- Studi Kasus Masalah Media
Judul: Memaksimalkan Media Visual dalam Pembelajaran Geografi
Sebagai guru Geografi kelas XI, saya mendapati tantangan ketika membahas materi mitigasi bencana dan peta tematik. Penggunaan buku teks dan gambar statis kurang menarik dan sulit dipahami siswa, terutama untuk visualisasi konsep spasial.
Solusi:
Saya beralih ke media digital interaktif, seperti video edukasi dan animasi dari sumber terpercaya, serta mengintegrasikan Google Earth untuk eksplorasi spasial virtual. Saya juga menyediakan infografis digital dan membangun sudut media visual di kelas.
Hasil:
Siswa jadi lebih aktif, mudah memahami materi abstrak, dan antusias saat diskusi. Mereka juga lebih mampu menganalisis fenomena geografi secara kritis melalui bantuan media.
Pembelajaran:
Media yang tepat berperan besar dalam membentuk pemahaman siswa. Guru perlu adaptif terhadap kebutuhan digital siswa serta kreatif dalam memilih media yang relevan dan menarik.
- Studi Kasus Masalah LKPD
Judul: Mendesain Ulang LKPD agar Lebih Sesuai dengan Karakteristik Siswa SD
Saat mengajar kelas 4 tema “Indahnya Kebersamaan”, saya menyadari LKPD yang digunakan tidak menarik dan membingungkan siswa. Mereka cenderung kesulitan memahami instruksi dan hasilnya pun kurang memuaskan.
Solusi:
Saya evaluasi LKPD bersama rekan guru melalui forum KKG dan mengadakan wawancara kecil dengan siswa. Saya kemudian menyusun LKPD baru dengan pendekatan berdiferensiasi: menambahkan ilustrasi, soal berpikir kritis, kegiatan kelompok, serta mencetak versi sesuai gaya belajar siswa.
Hasil:
Siswa lebih semangat belajar, hasil evaluasi meningkat, dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran meningkat drastis. Orang tua dan kepala sekolah juga memberikan apresiasi.
Pembelajaran:
LKPD yang efektif harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter siswa. Refleksi dan kolaborasi antar guru sangat membantu dalam menghasilkan perangkat ajar yang lebih baik.
- Studi Kasus Masalah Strategi Pembelajaran
Judul: Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas III dengan Pendekatan Inovatif
Setelah pembelajaran tatap muka kembali diterapkan, saya mendapati siswa kelas III kurang fokus dan mudah bosan. Metode pembelajaran tradisional terbukti tidak lagi efektif.
Solusi:
Saya menerapkan strategi pembelajaran yang menyenangkan, seperti permainan edukatif (gamifikasi), proyek sederhana, variasi model kooperatif (TGT, Numbered Heads), serta penggunaan video dan lagu edukasi. Saya juga menyisipkan kegiatan fisik singkat untuk menjaga fokus.
Hasil:
Kelas menjadi lebih hidup, siswa lebih aktif dan percaya diri. Nilai dan pemahaman materi meningkat, serta interaksi siswa menjadi lebih positif.
Pembelajaran:
Siswa usia dini belajar paling efektif melalui kegiatan aktif dan menyenangkan. Guru perlu fleksibel dan kreatif dalam memilih strategi yang sesuai dengan karakter anak.
- Studi Kasus Masalah Penilaian
Judul: Menerapkan Penilaian Otentik untuk Mengukur Keterampilan Menulis Siswa
Sebagai guru Bahasa Indonesia SMP, saya mendapati bahwa nilai menulis teks prosedur siswa tidak mencerminkan kemampuan nyata. Banyak siswa hanya meniru tanpa menunjukkan orisinalitas dan proses berpikir mereka.
Solusi:
Saya menyusun rubrik penilaian yang lebih terperinci, menerapkan sistem portofolio menulis, melibatkan siswa dalam penilaian diri dan teman, serta mengadakan sesi bimbingan individual. Saya juga memanfaatkan Google Docs untuk memberi komentar langsung.
Hasil:
Tulisan siswa menjadi lebih orisinal dan berkembang secara bertahap. Mereka lebih percaya diri dan memahami proses menulis secara menyeluruh. Motivasi belajar menulis pun meningkat.
Pembelajaran:
Penilaian tidak hanya untuk mengukur hasil, tetapi juga untuk mendukung proses belajar. Penilaian yang transparan dan berbasis proses membantu siswa berkembang lebih optimal.
Catatan:
Contoh studi kasus di atas merupakan inspirasi bagi guru PPG 2025 dan perlu disesuaikan dengan pengalaman masing-masing. Guru dianjurkan untuk tetap menulis berdasarkan konteks nyata di kelas.