POSKOTA.CO.ID - Banyak orang bekerja keras seumur hidup, menabung dengan disiplin, bahkan menempuh pendidikan tinggi demi satu tujuan, hidup mapan secara finansial.
Namun, kenyataannya tak sedikit pula yang tetap terjebak dalam lingkaran kemiskinan meskipun sudah menjalani semua aturan tersebut. Apa yang salah?
Menurut investor muda sekaligus edukator finansial, Timothy Ronald penyebab utama seseorang sulit keluar dari jerat kemiskinan bukan semata soal gaji atau keberuntungan, tetapi minset yang keliru.
Dalam berbagai sesi edukasi finansialnya, Timothy mengungkap tujuh kebohongan besar soal uang yang kerap dipercaya masyarakat.
Lantas, apa saja tujuh kebohongan besar tentang uang yang perlu kamu waspadai? Dan bagaimana cara membangun pola pikir finansial yang sehat? Simak selengkapnya.
Baca Juga: Jadwal Final Timnas Indonesia U-23 vs Vietnam di Piala AFF 2025: Peluang Juara Sangat Terbuka?
Kebohongan Tentang Uang
Seperti dikutip dari kanal YouTube Timothy Ronald, berikut adalah beberapa kebohongan tentang uang yang bikin hidupmu terjebak.
1. Uang Itu Jahat dan Orang Kaya Egois
Pandangan bahwa uang adalah akar kejahatan dan orang kaya pasti serakah adalah kebohongan pertama yang paling umum tersebar.
Uang sebenarnya bersifat netral, ia hanya memperbesar karakter pemiliknya.
Jika seseorang baik, ia akan menggunakan uang untuk kebaikan seperti Warren Buffett yang menyumbangkan 99 persen kekayaannya.
Sebaliknya, jika orang itu jahat, uang akan memperparah keburukannya. Uang ibarat api, bisa memasak makanan atau membakar rumah.
2. Kerja Keras Tidak Selalu Kaya
Banyak yang percaya bahwa kerja keras pasti berujung pada kekayaan. Sayangnya, itu tidak berlaku di semua kasus.
Ada banyak orang yang bekerja keras sepanjang hidup tapi tetap hidup pas-pasan.
Yang benar bukan hanya kerja keras, tapi kerja cerdas di waktu dan industri yang tepat.
Misalnya, peluang kekayaan di industri teknologi atau investasi jauh lebih besar dibanding industri konvensional seperti kuliner skala kecil.
3. Menabung Bikin Kaya
Menabung memang penting, tapi itu hanya memberi stabilitas, bukan kebebasan finansial.
Menabung tanpa investasi ibarat menunda resiko, bukan menghadapinya. Orang kaya belajar membuat uang bekerja untuk mereka, bahkan ketika tidur.
Kuncinya bukan cuma menyimpan uang, tapi mengembangkannya lewat investasi yang cerdas.
Baca Juga: Wajib Tahu! Ini 4 Kompetensi Dasar yang Harus Dimiliki Guru Menurut Ruang GTK
4. Pendidikan Formal adalah Segalanya
Masyarakat masih banyak yang terjebak dalam dogma bahwa gelar akademik adalah satu-satunya jalan sukses.
Faktanya, banyak sarjana menganggur atau bekerja tidak sesuai bidangnya karena mereka berhenti belajar setelah kuliah.
Di era teknologi ini, yang bertahan dan sukses adalah mereka yang terus belajar dan memperbarui skill.
5. Rumah adalah Investasi
Keyakinan bahwa memiliki rumah adalah bentuk investasi adalah kesalahan besar yang membuat banyak orang terjerat utang jangka panjang.
Rumah tempat tinggal bukan aset, melainkan liabilitas jika tidak menghasilkan pemasukan.
Cicilan 25 tahun bukan kemajuan, tapi jerat finansial. Aset yang sehat adalah yang menghasilkan pendapatan, bukan menguras uang.
6. Main Aman Bikin Hidup Nyaman
Bermain aman dalam keuangan seperti menyimpan uang di celengan atau menabung tanpa risiko justru membuat peluang kekayaan menjauh.
Semua orang besar di dunia adalah pengambil risiko. Pertumbuhan butuh keberanian, dan keberanian butuh kesiapan untuk jatuh dan bangkit kembali.
Dunia tidak memberi imbalan pada yang main paling aman, tapi pada yang berani mengambil peluang.
7. Berhutang untuk Bisnis Adalah Langkah Bijak
Banyak orang terjebak dengan mengambil utang untuk memulai bisnis yang belum pasti berhasil. Ini adalah kesalahan fatal.
Bunga utang adalah kepastian, sedangkan bisnis penuh ketidakpastian. Bahkan perusahaan besar bisa tumbang karena salah kelola utang.
Jangan tergiur dengan gaya hidup atau modal usaha dari utang, karena risiko bangkrut akan jauh lebih tinggi.
Itu dia beberapa informasi mengenai kebohongan tentang uang yang bikin hidupmu terjebak menurut Timothy Ronald.
Disclaimer: Tulisan ini dibuat sebagai bahan edukasi finansial dan tidak dimaksudkan untuk menggantikan saran profesional dari penasihat keuangan.
Semua pandangan dalam artikel ini merujuk pada opini pribadi dari narasumber, dalam hal ini Timothy Ronald.