Fakta Mengejutkan Profesi Suami Michelle Noviana: Viral Usai Curhat Poliandri di Acara Kajian (Sumber: TikTok/@fikriaktrualo)

HIBURAN

Terungkap! Identitas Suami Michelle Noviana yang Viral Curhat Soal Poliandri di Kajian Hati TransTV

Senin 28 Jul 2025, 06:40 WIB

POSKOTA.CO.ID - Dalam beberapa hari terakhir, media sosial Indonesia ramai memperbincangkan sosok Michelle Noviana. Wanita ini viral setelah tampil di acara Kajian Hati yang ditayangkan oleh TransTV, membagikan kisah rumah tangganya yang kontroversial.

Ia mengaku sang suami, Muhammad Dika Perkasa, pernah memintanya melakukan poliandri, yakni praktik di mana seorang wanita memiliki lebih dari satu suami.

Pernyataan ini sontak menyedot perhatian publik. Potongan video curhatannya tersebar luas di TikTok, Instagram, hingga YouTube. Banyak netizen yang terkejut, sebagian besar mengecam suaminya, namun tidak sedikit pula yang mempertanyakan keaslian kisah ini.

"Yang paling parahnya, dia sampai berkali-kali menyuruh saya poliandri, Ustadz," ucap Michelle dalam tayangan yang dikutip dari akun TikTok @fikriaktrualo.

Lebih lanjut, ia bahkan menyebut suaminya meminta agar ia berhubungan badan dengan pria lain di hadapan sang suami sendiri. Pengakuan itu menjadi pemicu ledakan opini di ranah publik.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Gemini Besok Senin, 28 Juli 2025: Komunikasi Lebih Lancar

Siapa Muhammad Dika Perkasa?

Tak lama setelah video curhatan Michelle menyebar, seorang pria mengaku sebagai suaminya memberikan klarifikasi melalui akun Instagram @dikaperkasa_. Dalam video tersebut, Muhammad Dika Perkasa menyatakan dirinya adalah suami sah Michelle secara agama dan negara.

“Saya tidak tahu apa yang istri saya bicarakan. Saya cukup terkejut dengan hal ini. Tapi saya buat video ini sebagai bentuk tanggung jawab moral, bukan untuk membela diri atau menyalahkan siapa pun,” ujar Dika.

Dika yang diketahui bekerja sebagai digital marketing specialist, meminta publik untuk tidak menghujat istrinya. Ia menekankan bahwa situasi ini adalah urusan pribadi yang kini telah menjadi konsumsi publik tanpa sepenuhnya dikehendaki.

Kajian Hati: Konten Dakwah atau Drama Realita?

Acara Kajian Hati di TransTV kini ikut menjadi sorotan. Banyak netizen mempertanyakan apakah kisah Michelle benar-benar autentik atau merupakan settingan media demi meningkatkan rating.

Kecurigaan ini tidak datang tanpa alasan. Format acara yang menggabungkan narasi spiritual, konsultasi rumah tangga, dan curhatan personal berpotensi menimbulkan dilema etis: sampai sejauh mana privasi boleh ditayangkan demi hiburan dan dakwah?

Namun, Michelle Noviana telah memberikan klarifikasi bahwa acara Kajian Hati bukanlah settingan. Ia menegaskan bahwa dirinya datang dengan niat mencari pencerahan, bukan untuk membuat sensasi.

Kisah Michelle bukan sekadar berita viral atau topik hangat media. Di balik tayangan berdurasi singkat itu, ada dinamika emosional yang rumit: rasa sakit, pengkhianatan, ketidakpastian, dan kerinduan untuk dipahami.

Fenomena ini mencerminkan kebutuhan masyarakat modern akan ruang curhat yang dianggap netral dan sah secara sosial. Bagi sebagian orang, televisi bisa menjadi panggung untuk menyuarakan jeritan hati yang lama terpendam, terutama ketika sistem sosial tidak menyediakan ruang aman untuk itu.

Namun, dampak yang muncul bisa kontraproduktif. Ketika curhat personal ditayangkan ke publik, narasi bisa dipelintir, dan korban malah menjadi bahan cibiran. Michelle sendiri kini menjadi pusat perhatian, sebagian menyayangkan langkahnya, sebagian lagi memberikan dukungan penuh.

Poliandri: Tabu dalam Budaya Patriarki

Isu utama yang membuat kisah ini mengguncang publik adalah soal poliandri. Dalam budaya Indonesia yang dominan patriarkal, poliandri merupakan hal yang sangat asing, bahkan dianggap tabu. Sebaliknya, poligami lebih umum terdengar, meskipun tetap menuai kontroversi.

Permintaan seorang suami agar istrinya melakukan poliandri—apalagi sampai disaksikan langsung—melampaui batas norma umum dan menimbulkan pertanyaan besar soal kesehatan psikologis dan keseimbangan relasi dalam rumah tangga.

Etika Media dan Peran Penonton

Kasus ini membuka ruang diskusi luas soal peran media dalam mengangkat kisah pribadi ke ruang publik. Apakah media memiliki tanggung jawab untuk menyaring konten yang disiarkan? Apakah penonton perlu lebih sadar bahwa tidak semua yang ditayangkan adalah ruang aman bagi korban?

Beberapa pihak menilai bahwa acara seperti Kajian Hati bisa menjadi oase spiritual, tetapi harus diiringi dengan etika produksi yang kuat, termasuk perlindungan terhadap narasumber. Jika tidak, media justru berisiko menjadi "panglima" penghakiman publik yang mengorbankan sisi manusiawi narasumbernya.

Baca Juga: Motorola Moto G86 5G Segera Hadir di Indonesia? Cek Spesifikasi Lengkapnya Sebelum Beli!

Klarifikasi dan Harapan untuk Penyelesaian Damai

Michelle dan suaminya kini berada di tengah badai opini publik. Kedua belah pihak telah memberikan pernyataan masing-masing. Namun, satu hal yang masih belum jelas adalah: bagaimana kelanjutan rumah tangga mereka? Apakah keduanya akan memilih jalan rekonsiliasi, ataukah perpisahan menjadi solusi?

Sementara publik terus berspekulasi, banyak psikolog dan tokoh masyarakat berharap agar keduanya mendapatkan bantuan profesional, bukan hanya nasihat viral dari netizen atau ustadz di televisi.

Fenomena Michelle Noviana dan suaminya mengajarkan kita bahwa media sosial dan televisi bisa menjadi pedang bermata dua. Satu sisi menjadi ruang curhat, sisi lainnya bisa menjadi ruang penghakiman tanpa ampun.

Sebagai masyarakat, kita perlu lebih bijak dalam mengonsumsi informasi personal yang dipublikasikan. Dan bagi media, penting untuk tetap mengedepankan etiket profesionalisme dan empati dalam mengangkat kisah nyata.

Karena pada akhirnya, yang kita bicarakan bukan sekadar konten, melainkan kehidupan manusia yang nyata dengan luka, harapan, dan martabatnya.

Tags:
curhat rumah tanggaMuhammad Dika Perkasapoliandri Kajian Hati TransTVMichelle Noviana

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor