"Bitcoin adalah aset digital pertama dan paling terdesentralisasi. Ethereum punya ekosistem DeFi dan smart contract yang revolusioner. Saya percaya pada proyek-proyek seperti ini," jelasnya.
Baca Juga: Duit Selalu Habis di Tengah Bulan? Terapkan Cara Ngatur Uang ala Timothy Ronald
3. Manfaatkan Kekuatan Komunitas
Timothy aktif memantau sentimen pasar melalui Telegram, Reddit, dan Twitter. Ia percaya bahwa proyek dengan komunitas solid cenderung lebih tahan terhadap volatilitas harga.
"Komunitas bisa menjadi indikator kesehatan proyek. Jika developer dan pengguna aktif, itu pertanda baik," tambahnya.
4. Pahami Tokenomics Sebelum Berinvestasi
Salah satu kesalahan investor pemula adalah mengabaikan tokenomics. Timothy selalu memeriksa:
- Total suplai token
- Mekanisme distribusi
- Potensi inflasi
- Insentif bagi pengguna
"Saya menghindari proyek yang tokennya terkonsentrasi di segelintir pihak. Itu berisiko tinggi terhadap manipulasi harga," tegasnya.
5. Keamanan adalah Prioritas Utama
Timothy hanya berinvestasi di proyek yang telah diaudit oleh firma keamanan ternama seperti CertiK atau PeckShield. Selain itu, ia menggunakan hardware wallet untuk menyimpan aset kriptonya, bukan hanya mengandalkan exchange.
"Banyak pemula ceroboh menyimpan aset di exchange tanpa backup. Jika platform diretas, aset bisa hilang seketika," ingatnya.
6. Strategi Jangka Panjang dan DCA
Daripada mencoba trading harian, Timothy lebih memilih Dollar Cost Averaging (DCA), membeli aset secara rutin dalam jumlah kecil, terlepas dari kondisi pasar.
"DCA mengurangi risiko timing pasar. Saya beli Bitcoin sedikit demi sedikit, bukan sekaligus dalam jumlah besar," paparnya.
7. Kendalikan Emosi, Hindari FOMO
Ketika pasar sedang bullish, banyak orang tergoda membeli aset tanpa riset. Sebaliknya, saat harga turun, mereka panik menjual. Timothy menekankan pentingnya disiplin dan kesabaran.
"Investor sukses bukan yang paling pintar, tapi yang paling tenang. Jangan biarkan emosi mengendalikan keputusan finansial Anda," pesannya.