POSKOTA.CO.ID - Soal anak adalah segalanya. Itulah yang sering kita dengar dari para orangtua.
Jungkir balik demi anak itu pun dilakukan oleh orangtua pada masa dulu, kini dan nanti, agar anak - anaknya kelak hidup lebih baik, bahagia dan sejahtera lahir batin. Lebih baik dari dirinya saat sekarang.
"Ibarat kata, kaki buat kepala, kepala buat kaki demi keperluan anak,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Hingga makanan pun, yang bergizi seperti sebutir telur semuanya buat anak, dirinya cukup lauk kerupuk,” kata Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Membangun dari Bawah
“Ketika anaknya bertanya, mengapa ibunya makan nggak pakai telur, sang ibu menjawab, ibu nggak suka telur. Padahal itu jawaban untuk menyenangkan hati sang anak, di tengah kesulitan ekonomi keluarga yang tidak mampu membeli banyak telur,” kata Heri.
“Tumben kalian bicara soal anak, biasanya ngobrolin soal politik rakyat” tanya mas Bro.
“Ingat, hari ini 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Kita jadikan momentum sejauh mana sudah menjalankan kewajiban menyiapkan anak masa depan,’ kata Heri.
“Nggak ada orang tua berkehendak anaknya lebih buruk dari kita. Setiap helaan nafas kita senantiasa berdoa agar anaknya besok sukses dalam karir,” kata mas Bro.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Ingin Hadirkan Kembali PMP
“Kalau doa nggak usah dibilang. Tak sedikit orangtua yang mendoakan anaknya besok jadi presiden, menteri, pejabat negara, gubernur, bupati atau wali kota,” kata mas Bro.
“Tapi doa saja tidak cukup, harus ada upaya nyata,” kata Yudi.
“Ya jelas, tadi sudah dibilang jungkir balik demi anak. Tetapi, kita juga harus realistis dengan kemampuan sumber daya kita. Menyiapkan anak masa depan yang cerdas dan berkualitas harus dimulai sejak dini, dari asupan gizi, pendidikan dan masih banyak lagi,” kata mas Bro.
“Semua orangtua pasti menyiapkan yang terbaik untuk masa depan anaknya, di tengah persaingan yang tidak ringan.Yang jadi soal, bagaimana dengan keluarga yang memiliki keterbatasan sumber daya,” kata Heri.
“Masih puluhan juta warga hidup dalam kategori miskin, ada juga yang miskin banget, sering disebut kemiskinan ekstrem.” jelas Yudi.
“Yang begini menjadi tanggung jawab negara untuk meningkatkan kesejahteraannya. Makan Bergizi Gratis, sekolah rakyat, bagian dari upaya menyiapkan anak masa depan cerdas dan berkualitas,” jelas mas Bro.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Dengarkan Curhatan Rakyat
“Tambah satu lagi Bro.Selain,cerdas dan berkualitas, harus berintegritas. Jadi kalau nanti jadi pejabat ya pejabat yang baik dan benar, memiliki etika dan bermoral, tidak korup, tidak menyalahgunakan wewenang,” kata Heri.
“Begitu juga jika menjadi pengusaha yang jujur dan dermawan. Tidak mengurangi ukuran dan takaran, apalagi sampai oplos - oplos untuk mendapatkan keuntungan besar,” tambah Yudi. (Joko Lestari)