Ozzy Osbourne dan Godfather of Heavy Metal: Dari Lika-Liku Hidup ke Panggung Dunia Pariwisata Musik (Sumber: Instagram/@ozzyosbourne)

HIBURAN

Makna 'The Godfather of Heavy Metal': Julukan Legendaris untuk Ozzy Osbourne yang Menggetarkan Dunia Musik

Rabu 23 Jul 2025, 10:17 WIB

POSKOTA.CO.ID - Musik telah lama menjadi elemen penting dalam pariwisata global. Jika dulu Bali terkenal dengan tari Kecak dan New York dengan Broadway, kini banyak destinasi mengusung konser musik besar sebagai magnet wisata. Musik metal, yang dahulu hanya dianggap subkultur, kini mulai dilirik sebagai bagian dari music tourism.

Indonesia telah membuktikan potensi ini melalui konser skala besar seperti Coldplay dan Ed Sheeran yang tidak hanya menyedot perhatian warga lokal, tetapi juga menarik wisatawan mancanegara. Meskipun dua nama itu tidak berasal dari genre metal, antusiasme publik menunjukkan bahwa konser musik adalah peluang emas dalam mendorong ekonomi kreatif.

Musik metal mulai merayap masuk ke tren ini, terutama berkat komunitasnya yang loyal dan memiliki jaringan global. Salah satu tokoh paling berpengaruh dalam dunia musik metal yang juga menjadi ikon pariwisata musik secara tidak langsung — adalah Ozzy Osbourne, yang dijuluki sebagai "The Godfather of Heavy Metal."

Baca Juga: Video Mesum di Pakansari Ternyata Hoaks, Pemkab Bogor Tempuh Jalur Hukum

Arti Julukan "The Godfather of Heavy Metal"

Di dunia musik, gelar “godfather” disematkan kepada tokoh yang punya pengaruh sangat besar terhadap lahirnya sebuah genre atau pergerakan. Dalam kasus heavy metal, tak ada nama lain yang dianggap pantas selain Ozzy Osbourne, vokalis utama dari band legendaris Inggris, Black Sabbath.

Menurut unggahan akun Instagram @ari_lasso yang sempat viral, istilah ini merujuk pada tokoh awal yang membuka jalan, membentuk karakter musik, dan mengilhami generasi berikutnya. Ozzy bukan hanya pionir, tetapi juga pemersatu lintas generasi penggemar metal.

Latar Belakang Ozzy: Dari Birmingham ke Dunia

Nama asli Ozzy adalah John Michael Osbourne, lahir dari keluarga kelas pekerja di Birmingham, Inggris, tahun 1948. Kehidupan masa mudanya penuh tantangan: ia putus sekolah, pernah masuk penjara, dan sempat ditolak masuk militer karena kondisi mentalnya.

Namun dari balik masa kelam itu, Ozzy menemukan pelarian dan makna dalam musik. Lagu "She Loves You" dari The Beatles menjadi titik balik emosional yang membuatnya sadar bahwa musik bisa menjadi jalan keluar dari kehidupan yang gelap.

Ozzy akhirnya bertemu Tony Iommi, Geezer Butler, dan Bill Ward. Mereka membentuk band bernama Earth, yang kemudian berubah nama menjadi Black Sabbath pada tahun 1968 sebuah nama yang terinspirasi dari film horor yang sedang tayang di bioskop dekat tempat mereka latihan.

Black Sabbath: Pelopor Musik Gelap dan Bermakna

Black Sabbath memperkenalkan musik dengan nuansa gelap, penuh distorsi gitar, lirik tentang kematian, perang, spiritualitas, dan ketakutan manusia sesuatu yang sebelumnya tabu dalam musik rock arus utama.

Album pertama mereka Black Sabbath (1970), dan disusul Paranoid (1970), langsung meledak. Lagu-lagu seperti "Iron Man", "War Pigs", dan "Paranoid" menjadi anthem metal sejati yang memengaruhi ribuan band setelahnya, dari Metallica hingga Slipknot.

Lagu-lagu itu bukan sekadar keras. Mereka mengandung kritik sosial yang mendalam dan resonansi emosional, menjadi suara dari kegelisahan generasi muda saat itu.

Ozzfest: Dari Metalhead untuk Dunia

Setelah keluar dari Black Sabbath pada 1979, Ozzy tidak mundur. Ia justru merintis karier solo yang gemilang. Puncaknya, Ozzy mendirikan Ozzfest, sebuah festival musik yang menjadi platform penting bagi band-band metal baru dari seluruh dunia.

Ozzfest bukan hanya ajang konser, tapi juga simbol demokratisasi musik keras — siapa pun bisa tampil asalkan punya semangat dan musikalitas. Festival ini kemudian menjadi fenomena global, menciptakan dampak ekonomi besar melalui penjualan tiket, merchandise, serta dampak turisme lokal.

Melintasi Dunia Hiburan: The Osbournes dan Kehidupan Sehari-hari

Ozzy juga tak segan menampilkan sisi personalnya lewat reality show “The Osbournes” (2002–2005). Tayangan ini menggambarkan kehidupan sehari-hari Ozzy bersama istrinya Sharon dan anak-anak mereka. Di sinilah publik melihat sisi manusiawi Ozzy seorang ayah yang kikuk namun penyayang, dan suami yang setia meski eksentrik.

Serial ini menjadi salah satu reality show keluarga paling populer sebelum era YouTube, membuka pintu bagi artis lain untuk mengeksplorasi media hiburan alternatif.

Banyak orang masih melihat musik metal sebagai sesuatu yang keras dan penuh kemarahan. Namun, kisah Ozzy menunjukkan bahwa musik keras tidak selalu berarti hati yang keras. Justru, bagi banyak penggemar, musik metal adalah sarana untuk penyembuhan, ekspresi diri, dan identitas.

Ozzy bukan hanya simbol pemberontakan, tetapi juga representasi dari kemampuan manusia untuk bangkit dari masa lalu yang kelam. Musiknya menjadi pelarian, dan pada akhirnya, tempat pulang.

Baca Juga: Video Mesum di Pakansari Ternyata Hoaks, Pemkab Bogor Tempuh Jalur Hukum

Indonesia dan Masa Depan Music Tourism Metal

Dengan meningkatnya tren music tourism, Indonesia sebenarnya punya peluang besar untuk menyertakan musik metal sebagai daya tarik budaya. Festival seperti JogjaROCKarta atau Hammersonic telah membuktikan bahwa komunitas metal lokal sangat kuat dan aktif.

Jika dikemas secara profesional dan terhubung dengan ekosistem pariwisata seperti paket konser + wisata lokal, penginapan tematik, atau tur sejarah musik bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi destinasi baru dalam peta wisata musik metal global.

Julukan "The Godfather of Heavy Metal" bukan hanya soal siapa yang lebih dulu menciptakan genre. Ini soal siapa yang mampu membentuk budaya, menginspirasi, dan mengubah persepsi dunia terhadap musik keras.

Ozzy Osbourne telah melewati masa sulit, membentuk genre, menciptakan festival, membuka pintu bagi generasi baru, dan memperlihatkan sisi manusia dari dunia musik yang sering disalahpahami.

Di tengah globalisasi industri musik dan pariwisata, sosok seperti Ozzy menjadi pengingat bahwa di balik setiap dentuman drum dan raungan gitar, ada cerita manusia yang ingin didengar dan itulah yang membuat heavy metal, dan Ozzy Osbourne, abadi.

Tags:
OzzfestEkonomi kreatifMusic tourismMusik metalBlack SabbathOzzy OsbourneThe Godfather of Heavy Metal

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor