Selain gaya hidupnya, cara Timothy berbicara juga kerap menjadi bahan perbincangan. Beberapa pernyataannya, seperti "orang miskin itu penakut" atau kritiknya terhadap kebiasaan konsumtif masyarakat, sering viral dan menuai kritik.
Banyak yang menilai ucapannya terlalu provokatif dan kurang peka terhadap kondisi sosial, terlebih ia masih tergolong muda di industri yang banyak diisi oleh generasi sebelumnya. Namun, bagi para pendukungnya, gaya bicaranya justru dianggap sebagai motivasi keras.
Tak jarang, ia juga menyampaikan sindiran melalui humor kontroversial, seperti komentar "lebih baik beli rokok daripada bangun sekolah", yang dianggap merendahkan pentingnya pendidikan. Pernyataannya seperti "miskin itu pilihan, bukan nasib" juga dinilai terlalu menyederhanakan masalah sosial.
Meski banyak yang tersinggung, Timothy tetap konsisten dengan pendekatannya. Ia mengklaim tujuannya adalah membangun mental finansial dan kepercayaan diri anak muda.
Baca Juga: 6 Sektor Investasi Terbaik di Tahun 2025, Jangan Sampai Tidak Tahu!
Pengaruh Besar dan Tanggung Jawab sebagai Public Figure
Gelar "Raja Kripto Indonesia" melekat pada Timothy setelah perjalanannya dari berjualan pomade hingga menjadi salah satu tokoh kripto paling terkenal dipublikasikan media.
Keberhasilannya mendirikan Akademi Crypto dianggap sebagai kontribusi penting dalam meningkatkan literasi kripto, terutama bagi generasi muda.
Namun, sebagai figur publik, ia juga memikul tanggung jawab besar. Di industri kripto yang masih rentan spekulasi, keakuratan informasi dan etika komunikasi menjadi hal krusial bagi seorang influencer.
Timothy memiliki pengaruh besar dalam mempopulerkan investasi kripto, tetapi narasinya perlu lebih seimbang tidak hanya menonjolkan kemewahan, tetapi juga memberikan edukasi yang realistis.
Ia merepresentasikan wajah baru kripto Indonesia: berani, ekspresif, dan penuh warna. Tantangannya sekarang adalah menjaga keseimbangan antara inspirasi dan integritas agar dampaknya tetap positif bagi industri.