Obrolan Warteg: Musim Kemarau, Masih Kebanjiran

Senin 14 Jul 2025, 06:30 WIB
Pelanggan dan penjual warteg berkelakar soal musim kemarau yang masih diwarnai hujan, sementara dompet mereka justru “kering.” Ilustrasi ini menyoroti ironi cuaca ekstrem dan tekanan ekonomi yang dirasakan masyarakat. (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

Pelanggan dan penjual warteg berkelakar soal musim kemarau yang masih diwarnai hujan, sementara dompet mereka justru “kering.” Ilustrasi ini menyoroti ironi cuaca ekstrem dan tekanan ekonomi yang dirasakan masyarakat. (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

POSKOTA.CO.ID - Memasuki awal pekan ini kita mesti tetap waspada karena cuaca ekstrem masih mengintai lingkungan kita.

Seperti diberitakan, Badan Meteorologi , Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem masih tinggi pada periode 12- 18 Juli 2025.

Diprediksi potensi hujan lebat dan angin kencang masih akan terjadi sepanjang pekan ini di sebagian besar wilayah Indonesia.

“Warga Jabodetabek yang tinggal di daerah langganan banjir perlu siaga,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Boleh Kecil,Tapi Layak Huni

“Padahal sekarang sudah memasuki pertengahan musim kemarau, tetapi masih seperti musim penghujan ya,” tambah Yudi.

“Bukannya hujan itu berkah, dengan banyak hujan sumur tidak kekeringan,” kata Heri.

‘Bagi yang terendam banjir menjadi musibah. Rumah sudah dibersihkan dari lumpur, eh.. hujan lagi, banjir lagi,” kata Yudi.

“Berarti banjir tak hanya terjadi pada musim penghujan, sekarang pada musim kemarau banjir pun masih menerjang,” kata Heri.

“Padahal lazimnya sering dikenal musim penghujan kebanjiran, musim kemarau kekeringan,” urai Yudi.

“Itulah perubahan iklim, dampak cuaca ekstrem harus diwaspadai bersama.Jika hujan datang disertai angin kencang dan petir, jangan berdiri di arena terbuka, bawah pohon atau di bawah di gedung tua, “ jelas mas Bro.

“Berjaga - jaga lebih baik, ketimbang menyesal setelah terjadi hal buruk. Ibarat pepatah sedia payung sebelum hujan,” kata Heri.

“Tetapi payung tiada guna jika hujan lebat dengan angin kencang, tetap saja basah kuyup. Itu bicara alam nyata, bukan pepatah. Mohon maaf nggak usah protes,” lanjut Heri. 

Baca Juga: Obrolan Warteg: Setelah Viral, Harapan Jadi Kenyataan 

“Cuaca ekstrem, membuat masyarakat harus tetap waspada, terlebih kalau situasi ekonomi keluarga berubah ekstrem,” kata Yudi.

“Semoga hal itu tidak menimpa kita. Kalaupun yang di sono ekstrem, tetapi di tempat kita tetap sejuk dan bahagia,” harap mas Bro.

“Kalau ada gesekan dikit - dikit, itu dinamika semata,” kata Heri. (Joko Lestari) 


Berita Terkait


News Update