"Hallo #SobatBMKG, Fenomena Aphelion yang sering dikaitkan dengan cuaca dingin akhir-akhir ini, tidak berhubungan sama sekali," tulis BMKG dalam unggahan Twitter resminya.
Faktor Pendukung Suhu Dingin Lainnya
Selain faktor angin muson timur, BMKG menjelaskan beberapa faktor lain yang turut mendukung penurunan suhu udara pada malam hingga pagi hari, antara lain:
- Minimnya tutupan awan yang membuat panas yang diserap Bumi di siang hari cepat dilepaskan ke atmosfer saat malam hari.
- Ketiadaan hujan yang menyebabkan kelembapan udara lebih rendah dan udara terasa lebih kering.
- Letak geografis wilayah Indonesia bagian selatan yang lebih dekat ke benua Australia yang sedang mengalami musim dingin.
Kombinasi faktor-faktor ini menyebabkan suhu minimum di beberapa wilayah di Jawa dan Bali bisa mencapai 17–20 derajat Celsius pada malam hingga pagi.
Baca Juga: Kemenpora dan LPDP Resmikan Beasiswa Keolahragaan, Dukung Masa Depan Atlet Indonesia
Dampak yang Dirasakan Masyarakat
Walaupun perubahan suhu ini bersifat musiman dan alami, sebagian masyarakat tetap merasakan dampak fisik yang cukup mengganggu, seperti:
- Cuaca pagi dan malam yang terasa lebih dingin dari biasanya.
- Flu ringan, batuk, atau tenggorokan kering.
- Tubuh terasa lemas dan mudah lelah.
- Sakit kepala ringan atau masuk angin.
- Sesak napas pada penderita asma.
Tips Menjaga Kesehatan di Musim Dingin Tropis
Untuk menjaga kesehatan di tengah suhu yang lebih dingin, BMKG dan ahli kesehatan menyarankan masyarakat untuk melakukan beberapa langkah sederhana berikut:
- Mengonsumsi makanan bergizi dan hangat, seperti sup, jahe, atau sayuran rebus.
- Memperbanyak minum air putih hangat.
- Mengonsumsi vitamin atau suplemen untuk daya tahan tubuh.
- Istirahat cukup dan menghindari begadang.
- Berolahraga ringan secara teratur untuk menjaga kebugaran.
- Mengelola stres agar sistem imun tetap kuat.
Dengan langkah-langkah tersebut, tubuh dapat lebih beradaptasi terhadap perubahan suhu udara dan tetap sehat.