Siapa Dika 'Aura Farming'? Bocah Penari Viral di Pacu Jalur yang Bikin Netizen Terharu (Sumber: Tiktok)

HIBURAN

Viral! Inilah Sosok Dika 'Aura Farming', Anak Penari Cilik yang Memukau Ribuan Penonton di Lomba Pacu Jalur

Senin 07 Jul 2025, 08:17 WIB

POSKOTA.CO.ID - Dalam beberapa pekan terakhir, linimasa TikTok ramai dengan video bertema Aura Farming. Tren ini menampilkan sosok anak kecil yang menari penuh semangat di ujung perahu panjang dalam lomba Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau. Dika, demikian ia disapa, menjadi ikon tak terduga yang memikat hati warganet global.

Fenomena bermula dari unggahan akun TikTok KITA GROUP IDN pada 2024, yang merekam aksi Dika menari mengenakan pakaian adat Melayu hitam dengan kacamata gelap. Gerakannya lincah, ekspresif, dan menyiratkan keberanian luar biasa berdiri di atas perahu yang melaju cepat di sungai. Video tersebut menarik jutaan penonton dalam waktu singkat, memantik rasa ingin tahu siapa sosok di balik “baju hitam di atas perahu”.

Kepopuleran Dika semakin melejit setelah akun resmi Paris Saint-Germain (PSG) mengunggah video selebrasi pemainnya yang menirukan gaya Dika dengan caption “Auranya sampai ke Paris” pada 2 Juli 2025. Tidak hanya PSG, maskot AC Milan pun membuat video serupa dengan tulisan “Aura Farming 1899% accuracy”. Rapper terkenal asal Inggris, KSI, serta atlet NFL Travis Kelce juga ikut menari ala Dika. Bahkan Kelce mengunggah kompilasi aksinya dengan video asli Dika dan menulis, “Auranya sudah dibudidayakan.”

Tren Aura Farming pun meluas cepat di TikTok. Ribuan video replikasi bermunculan dari influencer dunia, kalangan pelajar, hingga akun perusahaan internasional. Dika menjadi simbol semangat anak Indonesia yang apa adanya, lucu, sekaligus membanggakan.

Baca Juga: Wakil Wali Kota Bekasi Jamin Perawatan Terbaik untuk Bayi yang Dibuang di Duren Jaya

Sosok Dika: Penari Cilik Pacu Jalur yang Meraih Popularitas Internasional

Nama lengkap Dika adalah Rayyan Arkan Dikha, bocah kelahiran Kuantan Singingi pada 2016. Ia mulai aktif dalam Pacu Jalur pada 2024 ketika menggantikan kakaknya yang naik menjadi pendayung. Bagi masyarakat Riau, peran penari Pacu Jalur bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sumber motivasi bagi kru perahu. Penari bertugas menjaga semangat, memukau penonton, dan menambah energi bagi pendayung.

Dalam wawancara eksklusif bersama influencer asal Amerika Serikat, Cullen Honohan dari All Hail Cullen, Dika mengaku menari di atas perahu bukan hal mudah. Ketika ditanya bagaimana rasanya berdiri di ujung perahu yang melaju kencang, ia menjawab polos, “Tetap berani dan percaya diri.” Julukan “The Reaper” yang diberikan Cullen, menurut Dika, terdengar menyenangkan. Ia juga dengan rendah hati mengatakan, “Masih banyak penari yang lebih hebat dari saya.”

Dika saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar. Meski viral mendunia, kehidupannya di Kuansing tetap sederhana. Ia rajin membantu orang tuanya dan mengikuti latihan Pacu Jalur secara rutin. Kehadirannya di dunia maya menjadi pengingat bahwa kebanggaan budaya dapat muncul dari individu yang tidak pernah menyangka akan menjadi pusat perhatian global.

Sejarah Pacu Jalur: Warisan Budaya Sungai Kuantan

Tren Aura Farming tidak mungkin lahir tanpa tradisi Pacu Jalur yang mengakar kuat di Riau. Pacu Jalur adalah lomba mendayung perahu panjang (jalur) yang berkembang sejak abad ke-17. Dahulu, jalur digunakan masyarakat di sepanjang Sungai Kuantan sebagai sarana transportasi utama untuk mengangkut hasil bumi—pisang, tebu, atau barang dagangan lain.

Pada masa penjajahan Belanda, Pacu Jalur diadopsi sebagai bagian perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina setiap 31 Agustus. Setelah Indonesia merdeka, tradisi ini resmi menjadi acara tahunan dalam rangka Hari Kemerdekaan. Setiap Agustus, lomba diadakan dengan meriah di Tepian Narosa, pusat kota Teluk Kuantan.

Jalur dibuat dari batang pohon utuh berukuran panjang antara 25–40 meter. Dalam satu jalur, terdapat 45–60 pendayung yang duduk rapi dalam formasi. Kru jalur terbagi dalam peran penting:

Atmosfer lomba Pacu Jalur terkenal semarak. Dentuman meriam, tabuhan bedug, dan sorak sorai penonton menciptakan suasana meriah yang sarat makna kebersamaan. Penampilan kru dengan kostum warna-warni menjadi daya tarik visual yang selalu dinantikan wisatawan domestik dan mancanegara.

Budaya Lokal yang Bertransformasi Menjadi Tren Global

Viralnya Dika menunjukkan bagaimana teknologi menghubungkan budaya lokal dengan audiens global. TikTok menjadi jembatan penyebaran budaya secara instan. Berbeda dengan era sebelumnya, saat eksposur budaya tradisional terbatas oleh jarak, kini momen sekilas bisa mendunia dalam hitungan jam.

Fenomena ini menginspirasi diskursus akademik mengenai transformasi budaya: apakah tren Aura Farming mengarah pada apresiasi tulus atau sekadar euforia sesaat? Pakar budaya menilai, meskipun popularitasnya bersifat viral, tren tersebut berkontribusi pada promosi Pacu Jalur sebagai warisan tak benda Indonesia.

Dinas Pariwisata Riau bahkan memprediksi tren ini akan berdampak positif bagi kunjungan wisatawan. Pacu Jalur 2025 diproyeksikan lebih ramai dibanding tahun sebelumnya, seiring meningkatnya rasa ingin tahu publik internasional terhadap lomba perahu tradisional ini.

Potret Sederhana Dika di Balik Popularitas

Meski dikenal dunia, kehidupan Dika tetap membumi. Ia tidak memiliki manajer, tidak pula terikat kontrak eksklusif dengan pihak manapun. Akun TikTok tempat videonya pertama kali viral dikelola komunitas setempat. Orang tua Dika menekankan bahwa pendidikan tetap menjadi prioritas utama. Mereka berharap popularitas Dika tidak menjadikannya lupa diri.

Kepala sekolah Dika menyatakan kebanggaan atas pencapaian siswanya. “Ini bukti bahwa anak-anak kita memiliki potensi luar biasa jika didukung lingkungan yang baik,” ujarnya. Di Kuantan Singingi, Dika kini menjadi teladan anak-anak lain yang ingin berpartisipasi dalam Pacu Jalur.

Baca Juga: Banjir Kembali Kepung Lembang Bandung Barat

Dampak Tren Aura Farming bagi Budaya Indonesia

Tren viral seperti Aura Farming membuka peluang strategis bagi promosi kebudayaan. Pemerintah daerah mulai mempersiapkan strategi digital marketing untuk Pacu Jalur, termasuk dokumentasi profesional, pembuatan video promosi berbahasa asing, serta pelibatan influencer internasional.

Di sisi lain, terdapat tantangan: bagaimana memastikan esensi Pacu Jalur tidak tergerus sekadar menjadi hiburan viral? Sejumlah budayawan menekankan pentingnya edukasi agar publik memahami konteks historis dan nilai budaya di balik lomba tersebut. Ini menjadi pengingat bahwa di era media sosial, narasi budaya harus dirawat agar tidak kehilangan makna otentiknya.

Fenomena Dika ‘Aura Farming’ adalah contoh nyata bagaimana seorang anak biasa dari daerah dapat menjadi ikon global berkat keberanian tampil apa adanya. Aksi tari sederhana di atas jalur berubah menjadi tren dunia yang mengangkat Pacu Jalur ke panggung internasional. Ini membuktikan bahwa kebudayaan lokal Indonesia memiliki daya tarik universal.

Popularitas Dika hendaknya menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk melestarikan tradisi sambil tetap terbuka pada inovasi digital. Semoga semangat Dika menjadi teladan bahwa kebanggaan akan budaya sendiri adalah modal utama untuk mendunia.

Tags:
budaya lokal menduniatren viral TikToktradisi mendayung IndonesiaPacu Jalur RiauDika Aura Farming

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor