Dua pria sedang duduk santai di warteg sambil menikmati kopi dan berbincang soal bantuan sosial (bansos). Salah satu dari mereka menyampaikan harapan, “Semoga bansos tepat sasaran dan tidak untuk alat politik,”. (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

SERBA-SERBI

Obrolan Warteg: Bansos Bukanlah Alat Politik

Rabu 02 Jul 2025, 10:23 WIB

POSKOTA.CO.ID - Jika mencuat pertanyaan, bukankah bansos alat politik? Jawabnya jelas, bukan.

Maksudnya bansos bukanlah alat politik. Bansos diberikan kepada mereka yang berhak menerima manfaat dari bansos.

Untuk bansos pangan misalnya, sebagaimana data BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah penerima lebih dari 73 juta keluarga.

Bansos diberikan kepada keluarga pra sejahtera,keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan , yang masih memerlukan bantuan pangan, dengan beragam latar belakang. Bukan satu ragam latar belakang dukungan politik.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Tangis Bahagia Sang Bunda

Cukup beralasan jika berbagai kalangan, tak terkecuali Wakil menteri Sosial, Agus Jabo Priyono, mengingatkan bahwa bansos tidak boleh dijadikan alat politik.

Seperti diberitakan, mekanisme penyaluran bansos yang dikelola Kemensos diberikan melalui transfer langsung kepada keluarga penerima manfaat. Dengan mekanisme semacam ini, menurut Wamensos, dapat menutup peluang bansos dijadikan alat politik.

“Kalau melihat mekanisme penyaluran melalui transfer langsung yang diterima oleh keluarga penerima manfaat, sepertinya sulit bansos diutak – atik jadi alat politik, “ kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya mas Bro dan bang Yudi.

“Yang sering diutak – atik bukan mekanisme penyaluran, tetapi daftar penerima manfaat bansos,” kata Yudi.

“Maksudnya, daftar yang diajukan bukan sepenuhnya warga yang memang betul – betul memerlukan bantuan. Ada kalanya karena punya kedekatan hubungan, namanya masuk daftar penerima bansos, meski sejatinya tidak membutuhkan,” kata Heri.

Baca Juga: Obrolan Warteg : Hijrah Menjadi Lebih baik

“Nggak fair dong. Hanya karena punya hubungan politik, massa pendukung dalam pilkada, pileg atau pilkades, dapat bansos. Sementara yang benar – benar perlu bansos, malah nggak dapat karena lawan politiknya,” kata mas Bro.

“Bisa juga dapat bansos karena hubungan kerabat dengan pejabat setempat, Bisa jadi guna memenuhi janji politiknya dengan memanfaatkan bansos. dan masih banyak lagi modus mencari simpati publik dengan memanfaatkan bansos,” urai Heri.

“Apakah masih ada yang menggunakan bansos sebagai alat politik?,” tanya Yudi.

“ Ada atau tidak ada , seruan harus terus didengungkan karena yang namanya bansos berpeluang untuk disalahgunakan,” ujar Heri.

“Mestinya malu menggunakan bansos sebagai alat politik ya?,” kata Yudi.

“Lebih malu lagi, jika mengambil bansos untuk memperkaya diri sendiri,” kata mas Bro. (Joko Lestari)

Tags:
obrolan wartegpolitik bansos

Tim Poskota

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor