BEKASI UTARA, POSKOTA.CO.ID - Di balik senyumnya yang teduh dan langkahnya yang mantap memasuki halaman lapangan Stadion Patriot Candrabhaga, tak banyak yang tahu perjuangan panjang Somayati.
Somayati adalah seorang guru honorer yang akhirnya diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) kategori Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) setelah puluhan tahun mengabdi sebagai pengajar sekolah dasar.
Wanita berusia 54 tahun itu telah mengajar di SD Harapan Jaya 6 sejak belasan tahun silam.
Ia menjadi saksi hidup atas perubahan sistem pendidikan, kurikulum yang terus berganti, hingga liku-liku nasib guru honorer yang sering tak menentu, terutama soal gaji.
Baca Juga: Kapan Tenaga Honorer Lolos PPPK 2024 Tahap 2 Terima Gaji Pertama? Cek Aturannya
“Alhamdulillah, masa-masa menjadi tenaga pendidik honorer sudah saya lalui dengan baik. Saya ikuti dengan sabar, sampai akhirnya saya bisa mengalami pengangkatan sekarang,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca saat ditemui usai pelantikan PPPK di Bekasi Utara, Rabu 2 Juli 2025.
Somayati mengaku tak pernah sekalipun berpindah tempat tugas. Setia menjadi guru kelas, mengajar anak-anak dari berbagai latar belakang, bahkan saat honor yang diterimanya tak cukup untuk biaya hidup sehari-hari.
“Saya nggak pernah berpindah-pindah kerja. Alhamdulillah, saya bahagia banget karena pada akhirnya saya diangkat sebagai pegawai ASN,” tuturnya dengan penuh syukur.
Perjuangan Somayati tak berhenti di ruang kelas. Ia juga turun ke jalan, ikut menyuarakan nasib ribuan guru honorer yang senasib dengannya.
Bahkan, ia masih ingat saat rekan seperjuangannya sempat ditahan karena aksi damai menuntut pengangkatan.
“Dulu teman saya sampai ada yang ditahan waktu demo. Padahal kami cuma ingin memperjuangkan hak kami sebagai guru,” ujarnya.
Baca Juga: Gagal Seleksi PPPK Tahap 2? Ini 5 Peluang dan Solusi Bagi Honorer dari Pemerintah
Meski usianya tak muda lagi dan masa pensiun tinggal menghitung tahun, ibu tiga orang anak itu justru merasa sangat bersyukur.
Baginya, menjadi ASN di penghujung masa kerja adalah penghargaan luar biasa atas ketekunan dan kesabaran yang ia rawat selama puluhan tahun.
“Alhamdulillah, walaupun sebentar lagi saya masuk pensiun, setidaknya saya sempat merasakan jadi ASN. Itu sudah cukup buat saya,” katanya.
Kini, Somayati punya harapan baru. Ia ingin masa tuanya lebih terjamin, dan berharap bisa mendapat dana pensiun bulanan dari pemerintah.
“Saya berharap bisa dapat dana pensiun. Jadi terjamin ke depannya. Mudah-mudahan semua sesuai harapan. Kalau bisa, suatu saat juga bisa jadi PNS tetap,” pungkasnya dengan mata berbinar.
Di tengah gemerlap kota dan hiruk-pikuk reformasi birokrasi, kisah Somayati adalah secercah cahaya tentang ketulusan, kesetiaan, dan harapan.
Sosok yang mewakili ribuan guru honorer lain di Indonesia yang terus menanti keadilan atas pengabdian tanpa henti. (CR-3)