Memahami Inner Child yang Terluka – Antara Luka Batin dan Pemulihan Diri (Sumber: Pinterest)

GAYA HIDUP

Memahami Luka Batin Masa Kecil: Inner Child yang Terluka Bisa Hancurkan Hidup Dewasa Kamu

Rabu 25 Jun 2025, 10:49 WIB

POSKOTA.CO.ID - Banyak orang dewasa yang hidup dengan perasaan tidak pernah cukup, takut ditolak, atau merasa tidak layak dicintai.

Meski di permukaan tampak wajar, perilaku ini bisa berasal dari luka batin yang belum terselesaikan. Luka itu berasal dari sosok kecil di dalam diri kita yang dikenal sebagai inner child.

Konsep inner child merujuk pada bagian psikologis yang mewakili sisi kekanak-kanakan seseorang, termasuk pengalaman masa kecil, baik yang positif maupun traumatis.

Ketika pengalaman negatif tidak terselesaikan, inner child menyimpannya sebagai luka emosional. Luka inilah yang kemudian memengaruhi reaksi dan cara kita menghadapi dunia di masa dewasa.

Baca Juga: Soal Seragam Mirip TNI, PP Kota Bekasi: Kami Tunggu Arahan Ketua Umum

Luka Batin yang Menyamar Jadi “Kebiasaan”

Melansir dari Instagram @VIbrasi_Syukur, seringkali kita tidak sadar bahwa reaksi emosional kita adalah cerminan luka lama. Misalnya:

Perilaku-perilaku ini sering dianggap kelemahan. Padahal, itu adalah pertanda bahwa ada bagian dari diri kita yang masih merasa belum aman. Bagian kecil itu inner child bukan sedang membuat drama. Ia hanya ingin didengar.

Inner Child: Refleksi Masa Kecil dalam Diri Dewasa

Inner child bukan konsep mistik atau sekadar istilah populer di media sosial. Dalam psikologi, ini adalah cara untuk memahami pengaruh masa kecil terhadap kondisi psikologis dan hubungan interpersonal seseorang. Psikolog Carl Jung dan John Bradshaw merupakan tokoh awal yang memperkenalkan pentingnya menghadapi bagian "anak kecil dalam diri".

Bila luka ini dibiarkan, ia akan membentuk pola perilaku negatif:

Proses Penyembuhan: Dengarkan, Bukan Bungkam

Penyembuhan inner child tidak bisa dilakukan dengan paksaan seperti “ayo move on” atau “jangan terlalu baper”. Justru sebaliknya, ia butuh pengakuan. Validasi bahwa rasa sakit itu nyata. Dan seseorang perlu memeluk luka tersebut—dengan penuh kesadaran.

Langkah awalnya adalah:

a. Kenali Pola Emosi

Refleksikan momen ketika kamu merasa sangat tersinggung, cemas, atau merasa tidak dihargai. Tanyakan: Apakah ini hanya soal sekarang, atau ada jejak lama yang terbawa?

b. Berlatih Self-Compassion

Alih-alih menyalahkan diri, ucapkan:
"Maaf ya, kamu gak sendirian lagi sekarang."
Kalimat sederhana ini bisa menjadi pengganti dari pelukan yang dulu tidak sempat diterima.

c. Tulis Surat untuk Inner Child

Teknik ini banyak direkomendasikan oleh terapis: tulis surat untuk versi kecil dirimu. Katakan bahwa kini kamu siap mendengarkannya, menemaninya, dan memvalidasi ketakutan yang dulu tidak bisa ia ungkapkan.

Luka Bukan Aib, Tapi Jejak yang Bisa Disembuhkan

Ada stigma di masyarakat bahwa membicarakan luka masa lalu adalah bentuk kelemahan atau drama. Padahal, luka batin yang tidak dikenali justru bisa menjadi racun yang diam-diam menggerogoti kesehatan mental. Menyadari dan menyembuhkannya bukan tanda kelemahan, tapi kekuatan dan keberanian.

Mereka yang berani menghadapi inner child akan lebih mudah memahami dirinya sendiri dan orang lain. Mereka tidak lagi dikendalikan oleh trauma masa lalu, tapi bisa membuat keputusan berdasarkan kesadaran dan empati.

Komunitas sebagai Ruang Pemulihan

Penyembuhan tidak harus selalu dilakukan sendirian. Berbagi pengalaman dengan komunitas yang aman bisa sangat membantu. Mendengar kisah orang lain yang punya luka serupa bisa menumbuhkan perasaan tidak sendirian.

Bahkan dalam ruang digital seperti media sosial, komentar atau unggahan sederhana tentang pengalaman inner child bisa menjadi titik temu banyak jiwa yang terluka. Empati menjadi jembatan untuk bersama-sama pulih.

Kasus Nyata: Luka Lama, Pola Baru

Sebuah studi dari National Child Traumatic Stress Network (NCTSN) menemukan bahwa anak-anak yang mengalami trauma emosional lebih berisiko mengalami gangguan kecemasan, depresi, bahkan gangguan kepribadian saat dewasa.

Namun kabar baiknya: neuroplastisitas otak memungkinkan kita untuk menciptakan pola baru. Dengan kesadaran dan praktik pemulihan emosi secara konsisten, kita bisa mengatasi efek jangka panjang dari trauma masa kecil.

Baca Juga: Tanggal Merah 27 Juni 2025 Libur Apa? Cek Jadwal Long Weekend di Kalender Pemerintah

Peluk Dirimu yang Pernah Terluka

Tidak semua luka berdarah terlihat. Luka batin jauh lebih sunyi, tapi efeknya bisa sangat dalam. Mengenali inner child bukan proses instan, tapi langkah penting menuju versi diri yang lebih utuh.

Jadi ketika kamu merasa overthinking, takut ditolak, atau terus merasa tidak cukup jangan buru-buru menghakimi diri. Mungkin itu bukan kamu yang sekarang, tapi kamu yang dulu sedang meminta perhatian.

Peluk ia. Dengarkan ia. Katakan:
"Aku di sini sekarang. Kamu aman. Kita akan hadapi ini bersama."

Tags:
Apa itu inner child?self-healingpenyembuhan emosional trauma masa kecilluka batininner child

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor