Baca Juga: Apa Makna Filsafat Pendidikan Berbasis Pancasila? Cek Kunci Jawaban Modul 3 PPG 2025 Topik 1
Tujuan Diciptakan atau Ditemukan?
"Saya dulu berpikir saya harus menciptakan tujuan hidup saya sendiri. Tapi ternyata, tujuan itu sudah ditentukan sebelum kita lahir," ujar Tyler.
Ia mengajak audiens untuk merenungkan seperti kursi yang sedang mereka duduki.
Setiap orang bisa menggunakan kursi itu dengan cara berbeda, tapi apakah penggunaan itu sesuai dengan niat penciptanya? Jika tidak, hasilnya bisa membuat frustasi.
Begitu pula dengan hidup. Ketika kita tidak hidup sesuai dengan maksud dari Sang Pencipta, kita akan merasakan ketidaksesuaian yang dalam.
Baca Juga: Panduan Menyusun Jurnal Modul 3 PPG 2025: Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai
Dari “Mengapa” ke “Siapa” dan “Apa”
Alih-alih bertanya, “Mengapa saya di sini?”, Tyler menyarankan untuk mulai dengan pertanyaan:
“Siapa yang saya panggil untuk dilayani?”
Saat kita melayani, kita menemukan makna dan kebahagiaan. Ini bukan soal diri kita lagi, tapi soal siapa yang bisa kita bantu. Menariknya, otak manusia akan memancarkan hormon kebahagiaan saat melayani orang lain—sebuah kondisi yang disebut “helper’s high”.
“Masalah apa yang saya panggil untuk diselesaikan?”
Di sinilah nilai ekonomi muncul. Masalah yang lebih besar membutuhkan solusi yang lebih besar, dan sebanding pula dengan potensi penghasilan yang kita raih. Masalah yang kita bisa selesaikan sering kali berkaitan erat dengan pengalaman hidup atau luka masa lalu kita sendiri.
“Bagaimana saya bisa menyelesaikannya?”
Inilah ruang kreativitas. Ada ribuan cara untuk menyelesaikan satu masalah, terutama di era teknologi sekarang. Yang penting adalah memilih cara yang paling efisien dan berdampak.
Rumus Tujuan Hidup
Dengan menjawab tiga pertanyaan di atas, kita bisa merumuskan pernyataan tujuan hidup kita sendiri: