Titik balik terjadi saat Revolusi Islam menggulingkan rezim Shah dan membentuk Republik Islam di bawah Ayatollah Khomeini. Pemerintahan baru ini langsung memutus hubungan diplomatik dengan Israel dan menyebutnya sebagai “rezim Zionis yang ilegal.”
Sejak itu, Iran mengambil sikap keras terhadap Israel, termasuk mendukung kelompok perlawanan seperti Hamas di Palestina dan Hizbullah di Lebanon. Dukungan itu meliputi pengiriman senjata, pelatihan militer, dan bantuan dana.
Konflik yang Tak Kunjung Usai
Ketegangan terus memburuk dari waktu ke waktu, dengan serangan militer, operasi intelijen, dan persaingan pengaruh di kawasan. Israel menganggap program nuklir Iran sebagai ancaman besar bagi kelangsungan negaranya.
Konflik ini tak hanya melibatkan dua negara tersebut, tetapi juga menarik berbagai pihak lain, termasuk negara-negara besar dan kelompok militan, sehingga semakin mempersulit upaya perdamaian.
Secara historis, Iran dan Israel pernah menjadi mitra strategis. Namun, perubahan rezim dan ideologi politik pada 1979 menjadi awal dari permusuhan yang terus membara hingga hari ini.