Tips meningkatkan kepercayaan diri. (Sumber: PxHere)

GAYA HIDUP

Tips Meningkatkan Kepercayaan Diri, Begini Penjelasan Praktisi Kesehatan Mental

Kamis 19 Jun 2025, 13:17 WIB

POSKOTA.CO.ID – Banyak orang salah kaprah mengartikan percaya diri. Mereka mengira percaya diri berarti tidak punya rasa takut.

Tapi menurut advokat kesehatan mental Gayathri Arvind, anggapan itu adalah mitos terbesar yang perlu kita patahkan. “Percaya diri bukanlah perasaan, itu adalah bukti,” kata Gayathri, dikutip oleh Poskota dari kanal YouTube Abhasa - Mental Health. Artinya, percaya diri bukanlah soal perasaan, melainkan bukti nyata.

Mari kita renungkan sejenak. Pernahkah kamu memiliki teman yang suka ingkar janji? Mereka bilang ingin berubah, tapi tidak pernah benar-benar berubah.

Mereka buat komitmen, tapi tak pernah ditepati. Awalnya kamu percaya, tapi lama-lama mulai ragu, bahkan tidak lagi bisa mempercayai mereka.

Baca Juga: Tips Mengatasi Insecure dan Berhenti Terlalu Mengkhawatirkan Penilaian Orang Lain, Begini Penjelasan Praktisi Kesehatan Mental

Sekarang, coba tanyakan pada diri sendiri, berapa kali kamu menjadi teman seperti itu bagi dirimu sendiri?

Kamu berkata, “Besok bangun pagi,” tapi malah malah mematikan alarm saat berbunyi. Kamu bilang, “Hari ini mulai olahraga,” tapi kamu tunda keesokan harinya.

Kamu berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, tapi kamu melakukannya lagi. Setiap janji yang kamu ingkari, otakmu mencatat.

Baca Juga: Perkuat Kesehatan Mental, Pakar Berikan Tips Bangkit dari Kegagalan

Pertarungan dalam Otak: Logika vs Kenyamanan

Di dalam otak kita, ada dua bagian yang terus-menerus tarik menarik.

Pertama, prefrontal cortex, bagian otak yang logis, bertugas membuat rencana dan keputusan.

Kedua, sistem limbik, bagian otak yang emosional, selalu mencari kenyamanan dan menghindari rasa sakit.

Setiap kali kamu gagal menepati janji sendiri, sistem limbik menang. Lama-kelamaan, otakmu mulai membentuk pola pikir seperti:

Dari sinilah keraguan terhadap diri sendiri mulai tumbuh. Awalnya hanya berupa ragu-ragu kecil, suka menunda, atau takut mencoba hal baru. Tapi lama-lama menjadi pola yang mengakar.

Baca Juga: Simak Pencegahan dan Penanganan Gangguan Kesehatan Mental dari Kemenkes

Otak Tidak Percaya Kata-Kata, tapi Tindakan

Kenapa kamu bisa percaya diri saat mengemudi, memasak, atau berbicara dalam bahasa ibu?

Karena otakmu sudah melihat bukti bahwa kamu bisa melakukan itu berulang kali. Tidak ada keraguan di situ, karena sudah terbukti.

Sebaliknya, untuk hal yang kamu belum pernah atau jarang lakukan, otakmu tidak punya data.

Maka ia mengisi kekosongan itu dengan keraguan, rasa takut, dan penundaan. Karena otak bekerja berdasarkan pola dan bukti, bukan asumsi atau harapan.

Baca Juga: Kamu Lagi Merasa Down? Merry Riana Punya Cara Jitu Pulihkan Mentalmu

Bangun Kepercayaan Diri dengan Tindakan Kecil

Menurut Gayathri Arvind, kunci dari rasa percaya diri yang kokoh bukanlah mengejar perasaan, tapi membangun kepercayaan diri lewat tindakan-tindakan kecil yang konsisten.

“Jika Anda menginginkan kepercayaan diri yang tak tergoyahkan, berhentilah mengejar perasaan. Mulailah membuktikan kepada otak Anda bahwa ia dapat mempercayai Anda,” ujar Gayathri.

Kamu tidak perlu langsung membuat target besar. Mulailah dari hal kecil tapi konkret:

Katakan akan bangun jam 6 pagi, dan benar-benar lakukan.

Bilang akan minum air sebelum kopi, lakukan.

Janjikan jalan kaki 5 menit, lakukan.

Setiap tindakan kecil adalah tabungan kepercayaan diri. Dan semakin sering kamu menepati komitmenmu, semakin otakmu percaya bahwa kamu bisa diandalkan.

Baca Juga: Kecanduan Narkoba Sebabkan Gangguan Jiwa, Ini 4 Jenis Masalah Kesehatan Mental yang Perlu Diwaspadai

Neuroplastisitas: Otak Bisa Berubah

Proses ini disebut neuroplastisitas, kemampuan otak untuk membentuk dan menguatkan jalur saraf baru berdasarkan pengalaman berulang.

Setiap kali kamu menepati janji, kamu tidak hanya membentuk kebiasaan, tapi juga membuktikan pada otakmu bahwa kamu bisa dipercaya.

Awalnya mungkin berat. Tapi semakin sering kamu melakukannya, kamu tidak lagi butuh “rasa percaya diri”, karena kamu sudah menjadi orang yang bisa dipercaya oleh dirinya sendiri.

Tags:
kesehatan mentalpengembangan dirineuroplastisitaskepercayaan diri percaya diri

Muhamad Arip Apandi

Reporter

Muhamad Arip Apandi

Editor