Mencapai usia 25 tahun kerap diibaratkan sebagai persimpangan kehidupan: penuh tekanan, namun juga penuh potensi. (Sumber: Pinterest)

GAYA HIDUP

10 Kebiasaan yang Harus Ditinggalkan di Usia 25, Berhenti untuk Menghindari Ketidaknyamanan

Rabu 18 Jun 2025, 10:55 WIB

POSKOTA.CO.ID - Usia 25 kerap menjadi titik balik dalam kehidupan banyak orang. Masa ini identik dengan kebingungan identitas, tekanan untuk sukses, dan pencarian makna hidup yang intens. Istilah "quarter-life crisis" bukan sekadar jargon modern, melainkan kondisi psikologis nyata yang diakui oleh banyak pakar kesehatan mental.

Fase ini berbeda dengan transisi masa remaja. Jika sebelumnya hidup diarahkan oleh institusi pendidikan dan lingkungan keluarga, di usia 25 sebagian besar dari kita mulai menjalani hidup secara mandiri. Banyak di antara kita yang menghadapi dunia kerja untuk pertama kalinya, mengalami kegagalan, kesendirian, hingga kekosongan makna. Tak heran jika perasaan cemas dan kehilangan arah menjadi hal yang umum terjadi.

Namun ada satu hal yang bisa kita kendalikan: kebiasaan pribadi. Berikut adalah 10 kebiasaan yang sebaiknya dihentikan untuk menghadapi fase quarter-life crisis secara lebih sehat dan sadar.

Baca Juga: Setiap Malam Cambang dan Anaknya Tidur Bareng Ayam

1. Membandingkan Diri Terlalu Sering

Media sosial memudahkan kita melihat pencapaian orang lain, namun juga memperparah kecenderungan membandingkan diri. Di usia 25, banyak orang mulai merasa tertinggal dari teman sebaya yang sudah tampak "mapan".

Namun penting diingat, setiap orang memiliki garis waktu hidup yang berbeda. Membandingkan hanya akan mengaburkan fokusmu pada tujuan pribadi.

"Stop scrolling, start building."

2. Menghindari Tanggung Jawab Finansial

Di usia dewasa muda, mengelola keuangan pribadi seharusnya menjadi prioritas. Terjebak dalam gaya hidup impulsif—belanja demi validasi sosial, mengabaikan tabungan, atau abai terhadap utang—adalah kebiasaan yang harus dihentikan segera.

Mulailah dengan budgeting sederhana, pahami konsep darurat finansial, dan pelajari investasi dasar.

3. Bertahan di Hubungan yang Tidak Sehat

Baik hubungan asmara, pertemanan, maupun keluarga, di usia 25 kita dituntut untuk lebih selektif. Bertahan dalam hubungan yang menyedot energi emosional tanpa arah yang sehat hanya akan memperburuk kondisi mental.

Tidak ada salahnya menetapkan batasan atau berani mundur untuk menjaga kesehatan emosional jangka panjang.

4. Meremehkan Kesehatan Mental

Menganggap remeh kecemasan, stres kronis, atau perasaan hampa sebagai hal "wajar" adalah kesalahan besar. Usia 25 adalah waktu yang ideal untuk mulai memperhatikan kesehatan mental secara serius.

Mulailah dengan journaling, meditasi, atau konsultasi dengan profesional bila dibutuhkan. Mencegah lebih baik daripada mengobati termasuk dalam ranah psikis.

5. Menunda-nunda Keputusan Hidup

Ketakutan mengambil keputusan sering kali membuat kita stagnan. Padahal, tidak ada keputusan yang benar-benar “aman” dari risiko. Baik itu soal karier, pendidikan lanjut, atau pindah kota, menunda hanya menumpuk ketidakpastian.

Ambillah langkah kecil yang strategis. Lebih baik salah dan belajar, daripada menyesal karena diam.

6. Bekerja Tanpa Tujuan

Banyak orang bekerja hanya untuk bertahan hidup tanpa pernah berhenti sejenak dan bertanya: Apakah ini pekerjaan yang mendekatkanku pada tujuan hidupku?

Jika jawaban dari pertanyaan itu selalu "tidak tahu", mungkin sudah waktunya untuk mengevaluasi ulang arah karier. Usia 25 bukan tentang harus sukses besar, tapi tentang membangun fondasi yang tepat.

7. Menghindari Dialog Diri

Kebiasaan menutup diri dari perenungan membuat kita sulit memahami diri sendiri. Mengabaikan kebutuhan, nilai hidup, dan impian pribadi hanya akan membawa kita ke arah yang makin tidak jelas.

Luangkan waktu untuk berdialog dengan diri sendiri—bisa melalui meditasi, menulis jurnal, atau refleksi mingguan.

8. Mengabaikan Kesehatan Fisik

Tidur kurang, makan sembarangan, dan jarang berolahraga bisa menjadi bom waktu. Di usia 25, metabolisme tubuh mulai berubah, dan efek kebiasaan buruk akan mulai terasa dalam 5–10 tahun ke depan.

Mulailah pola hidup sehat: cukup tidur, makan bergizi, rutin olahraga ringan. Tubuh yang sehat akan mendukung kejernihan pikiran.

9. Berpikir Segalanya Harus Sempurna

Perfeksionisme sering menjadi jebakan. Usia 25 bukan tentang sempurna, tapi tentang bereksperimen dan tumbuh. Banyak orang menunda memulai karena merasa belum "siap sempurna".

Ubah mindset dari “perfect or nothing” menjadi “progress over perfection”. Tindakan kecil yang konsisten lebih berdaya daripada ide besar yang tak pernah dijalankan.

10. Menghindari Ketidaknyamanan

Pertumbuhan tidak terjadi di zona nyaman. Tantangan seperti pindah kerja, pindah kota, belajar hal baru, atau menghadapi konflik sulit memang menyakitkan, tapi di situlah peluang berkembang berada.

Beranilah untuk merasa tidak nyaman. Justru dari rasa itulah kita belajar menjadi dewasa secara utuh.

Baca Juga: Presiden Prabowo Kembalikan Empat Pulau ke Aceh, Abaikan Usulan Gubernur Sumut Bobby Nasution

Menemukan Arah di Persimpangan Jalan

Quarter-life crisis adalah undangan untuk tumbuh, bukan kutukan untuk terpuruk. Dengan menghentikan kebiasaan-kebiasaan yang menghambat perkembangan diri, kita memberi ruang bagi versi terbaik diri kita untuk muncul. Tidak ada jalan tunggal menuju “keberhasilan” di usia 25. Yang ada hanyalah pilihan sadar untuk terus belajar, mencoba, dan menjadi lebih baik.

Setiap langkah kecil ke arah yang benar adalah pencapaian besar. Dan dalam perjalanan ini, kita tidak harus tahu segalanya hari ini, tapi kita bisa memilih untuk terus berjalan.

Menginjak usia 25 tahun bukanlah akhir dari pencarian, melainkan awal dari kehidupan dewasa yang sesungguhnya. Jika saat ini Anda merasa gamang, cemas, atau bahkan kosong, ketahuilah bahwa Anda tidak sendiri. Quarter-life crisis adalah fase alami, dan justru dari krisis itulah pertumbuhan sejati dimulai.

Dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang merugikan dan mulai hidup dengan kesadaran penuh, Anda memberi diri sendiri kesempatan untuk membangun masa depan yang lebih selaras dengan nilai dan impian Anda. Semoga panduan ini bisa menjadi peta awal dalam perjalanan Anda melewati persimpangan besar kehidupan.

Tags:
Kesehatan MentalPertumbuhan pribadiKesehatan mental usia mudaKebiasaan buruk dewasa mudaUsia 25 tahunQuarter-life crisis

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor