Bocah Hilang di Singkawang Ditemukan Tak Bernyawa di Masjid, Polisi Telusuri Rumah Terduga Pelaku, Ini Kronologinya

Senin 16 Jun 2025, 07:12 WIB
Jasad Rafa Fauzan Ditemukan di Masjid: Ini Kronologi Lengkap dan Fakta Baru Rumah yang Diduga Jadi TKP (Sumber: TikTok/@dini_gigi1)

Jasad Rafa Fauzan Ditemukan di Masjid: Ini Kronologi Lengkap dan Fakta Baru Rumah yang Diduga Jadi TKP (Sumber: TikTok/@dini_gigi1)

POSKOTA.CO.ID - Singkawang, Kalimantan Barat, tengah dilanda duka mendalam akibat peristiwa kematian tragis seorang anak laki-laki bernama Rafa Fauzan, yang dilaporkan hilang oleh keluarganya sebelum akhirnya ditemukan tak bernyawa di halaman Masjid Raya Singkawang.

Penemuan jenazah yang terjadi pada pertengahan Juni 2025 ini sontak memicu emosi publik, menyisakan luka mendalam serta kemarahan yang membuncah di jagat maya.

Pelaku pembunuhan pun telah ditetapkan sebagai tersangka, yakni seorang pria bernama Uray Abadi, yang tinggal tidak jauh dari lokasi tinggal korban. Fakta ini memperparah respons masyarakat, karena menimbulkan pertanyaan serius terkait motif, kondisi mental pelaku, dan efektivitas lingkungan dalam mengawasi keamanan anak-anak.

Baca Juga: Persija Jakarta Lakukan Perombakan Besar untuk Liga 1 Musim Depan, Ini Daftar Rumor Transfer Terpanas

Pengakuan Pelaku yang Menyayat Hati dan Tak Masuk Akal

Dalam video pemeriksaan yang beredar luas di media sosial, Uray Abadi terlihat menjawab pertanyaan petugas dengan ekspresi datar tanpa rasa bersalah. Ia secara terang-terangan menyatakan bahwa dirinya “tidak berniat menghabisi nyawa Rafa”, melainkan ingin “menyedekahkan Rafa ke masjid”.

Pernyataan ini segera menuai gelombang kemarahan dari publik. Banyak yang menilai bahwa kalimat tersebut tidak hanya tak masuk akal secara logika, tetapi juga mencerminkan ketiadaan empati serta dugaan kuat adanya gangguan kejiwaan.

Apalagi, kondisi korban sangat mengenaskan. Berdasarkan keterangan Uray, Rafa sempat dibekap mulutnya dan dibawa menggunakan sepeda rusak. Luka-luka parah yang diderita Rafa diduga akibat terkena besi tajam dari keranjang sepeda. Namun publik tidak bisa menerima alasan ini sebagai sebuah ‘kecelakaan’.

Kedekatan Lokasi Rumah Pelaku dan Korban Menambah Rasa Takut

Dikutip dari Poskota.co.id melalui akun TikTok @dini_gigi1, rumah pelaku diketahui terletak di Gang Kapas, Jalan RA Kartini, Sekip Lama, Kecamatan Singkawang Tengah. Hanya berjarak beberapa rumah dari kediaman keluarga korban.

Kondisi rumah pelaku yang terlihat kumuh, tidak terawat, dan dipasangi garis polisi menambah suasana mencekam. Video suasana rumah tersebut viral dan memperlihatkan betapa masyarakat sekitar juga merasa tidak nyaman, bahkan takut.

Respons Netizen: Emosi Kolektif dan Tuntutan Keadilan

Respons dari warganet membanjiri berbagai platform sosial media. Banyak yang menyuarakan amarahnya atas kejadian ini dengan menyebut pelaku sebagai “ODGJ” (Orang Dengan Gangguan Jiwa) dan menuntut agar pelaku diperiksa kejiwaannya secara menyeluruh.

Namun sebagian netizen juga meyakini bahwa tindakan Uray bukan semata akibat gangguan mental. Ada yang berspekulasi bahwa pelaku menyimpan dendam pribadi terhadap pengasuh Rafa dan melampiaskannya kepada anak yang tak bersalah.

“Sakit hati sama pengasuh, tapi anak orang yang jadi korban,” tulis salah satu komentar netizen.

“Gimana rasa takut yang dirasakan anak itu, ya Allah Gusti...” komentar lainnya, menyuarakan kesedihan mendalam.

Penanganan Hukum dan Harapan Publik

Hingga kini, pihak Polres Singkawang masih mendalami motif sebenarnya dari Uray Abadi. Meski pelaku telah memberikan pengakuan awal, aparat terus memeriksa saksi-saksi, termasuk tetangga dan keluarga korban.

Masyarakat menuntut aparat penegak hukum untuk tidak hanya menangani kasus ini secara prosedural, tetapi juga menegakkan keadilan seberat-beratnya agar memberikan efek jera. Kasus ini menjadi pengingat keras bahwa sistem pengawasan anak dan perlindungan masyarakat harus ditingkatkan, khususnya di daerah padat penduduk dan lingkungan yang rawan.

Sisi Lain yang Harus Diperhatikan: Kesehatan Mental dan Perlindungan Anak

Kasus Rafa Fauzan membuka wacana publik lebih luas mengenai dua isu serius: kesehatan mental masyarakat dan sistem perlindungan anak.

Banyak komentar yang mengarah pada lemahnya penanganan individu dengan potensi gangguan mental di lingkungan masyarakat. Apalagi jika individu tersebut tidak tercatat dalam sistem layanan kesehatan jiwa nasional.

Kedua, kasus ini mencerminkan betapa lemahnya sistem sosial dalam mendeteksi dan mencegah potensi ancaman terhadap anak-anak. Seorang anak kecil bisa saja menjadi korban tanpa ada satu pun tetangga atau warga sekitar yang menyadari aktivitas mencurigakan.

Belasungkawa dan Solidaritas Publik

Di tengah kemarahan, publik juga menunjukkan solidaritas. Banyak warganet menyampaikan belasungkawa mendalam untuk keluarga Rafa. Foto-foto almarhum yang dibagikan oleh keluarganya tersebar luas, menambah kesedihan publik.

Ungkapan doa dan dukungan moral terus mengalir. Beberapa komunitas parenting bahkan mulai merancang gerakan edukasi perlindungan anak di lingkungan lokal agar tragedi serupa tak terulang.

Baca Juga: Bejat, Ayah di Baros Kabupaten Serang Cabuli Anak Kandung

Apa yang Bisa Dilakukan Masyarakat?

Masyarakat umum dapat melakukan beberapa langkah konkret untuk mencegah kasus serupa:

  • Meningkatkan kewaspadaan lingkungan, terutama terhadap individu yang menunjukkan perilaku menyimpang.
  • Melibatkan RT/RW dan aparat desa dalam program perlindungan anak.
  • Mengadakan pelatihan deteksi dini gangguan jiwa di masyarakat.
  • Membangun jejaring komunikasi orang tua agar anak-anak bisa terpantau saat bermain di luar rumah.
  • Mengaktifkan program ronda atau patroli lingkungan, terutama di daerah padat penduduk.

Kematian tragis Rafa Fauzan bukan hanya menjadi kabar duka, tetapi juga sebuah alarm sosial bahwa anak-anak di Indonesia masih rentan terhadap kekerasan bahkan di tempat yang dianggap aman, seperti masjid. Tragedi ini menyadarkan semua pihak orang tua, masyarakat, pemerintah, hingga lembaga hukum bahwa perlindungan terhadap anak harus menjadi prioritas utama.

Penegakan hukum terhadap pelaku mesti dilakukan tanpa kompromi. Namun lebih dari itu, perbaikan sistem sosial, edukasi moral, serta kesadaran kolektif adalah kunci agar tak ada lagi Rafa-Rafa berikutnya yang menjadi korban ketidakpedulian kita semua.


Berita Terkait


News Update