Sebagian besar orang berdoa dalam rutinitas. Bibir mengucapkan, tapi pikiran sibuk dengan ekspektasi. Tubuh menengadah, namun hati tidak hadir. Kita berharap sesuatu terjadi dari luar, padahal kekuatan doa juga datang dari dalam.
Apakah kita sudah benar-benar hadir ketika memohon?
Apakah kita berani melihat bahwa kadang, doa terbaik adalah ketika kita belajar menerima?
Sebagaimana cheetah dan gazelle, hidup tidak selalu tentang menang atau kalah.
Terkadang yang dibutuhkan adalah cukup: cukup tenaga untuk terus berlari, cukup harapan untuk tetap hidup.
Doa Siapa yang Seharusnya Dikabulkan?
Pertanyaan ini tidak butuh jawaban pasti. Ia ada untuk menyadarkan kita bahwa dalam dunia yang kompleks dan saling terhubung ini, doa bukan tentang menang atau kalah, tapi tentang keseimbangan dan kesadaran.
Ketika kamu berdoa, jangan hanya berharap dikabulkan. Berdoalah agar bisa memahami peranmu. Berdoalah agar tetap ikhlas, meski tak selalu paham rencana-Nya. Karena pada akhirnya, semua rasa lapar, takut, senang, sedih adalah cara semesta berbicara kepada kita.
Lalu, menurutmu doa siapa yang seharusnya dikabulkan?