BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Dugaan bullying atau perundungan terjadi di salah satu SD Negeri di Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi.
Seorang siswa berinisial Z, 10 tahun, diduga menjadi korban pemalakan hingga penganiayaan oleh empat rekan sekelasnya.
Perundungan tersebut mengakibatkan korban mengalami luka memar hingga pergeseran tulang pada bagian pundak.
Hal ini diungkapkan langsung oleh ibu korban, Amelia (35), usai anaknya menjalani pemeriksaan medis.
"Akibat kejadian itu di bagian pinggang dan paha anak saya ada memar biru," kata Amelia, Rabu 11 Juni 2025.
Baca Juga: Viral Anak Alami Gangguan Mental Akibat Dibully, Ini Dampak Nyata Perundungan Terhadap Anak
"Menurut diagnosa dokter, di bagian pundak ada pergeseran tulang akibat pukulan oleh tersangka. Tersangka juga mengakui pernah memukul di bagian pundak dengan keras," ujarnya.
Amelia menjelaskan, pelaku perundungan anaknya diduga berjumlah empat orang yang merupakan teman sekelas Z dan sudah terjadi sejak awal masuk kelas 3.
"Menurut keterangan dari anak saya, perundungan sudah terjadi sejak bulan September (2024). Setiap hari anak saya dipalakin sama si pelaku," ungkapnya.
Amelia mengaku sempat mengetahui aksi pemalakan tersebut dan berencana menegur para pelaku di sekolah.
Namun, sebelum sempat bertindak, anaknya sudah menjadi korban pemukulan di dalam kelas saat jam kosong tanpa pengawasan guru.
"Anak saya ditampar, ditendang, ditonjokin. Udah pasti mentalnya kena. Yang tadinya dia pendiam, sekarang makin pendiam lagi," ujar Amelia.
Amelia menjelaskan, kondisi anaknya saat ini masih kesakitan terutama di bagian pundak kiri.
"Kalau dipegang sedikit saja masih sakit," katanya.
Pihak Sekolah Dinilai Kurang Tegas
Ia pun menyayangkan sikap pihak sekolah yang dinilai kurang tegas menangani kasus tersebut.
Amelia mengaku, sudah beberapa kali menghubungi pihak sekolah terkait tanggung jawab biaya pengobatan, namun belum mendapatkan kejelasan.
"Saya tanya kelanjutan pengobatan anak saya, karena pelaku sudah lepas tangan," kata Amelia.
"Kalau nggak ada titik temu, saya bilang bakal buat laporan polisi dan viralkan kasus ini. Tapi sampai saya datang ke polres, nggak ada pihak sekolah yang hubungi saya," ujarnya.
Menurut Amelia, sebelumnya pihak sekolah sempat memfasilitasi mediasi antara keluarga korban dan pelaku. Hasilnya disepakati penyelesaian secara kekeluargaan, dengan janji pihak pelaku menanggung biaya pengobatan hingga korban pulih.
Namun, menurut Amelia, janji tersebut tidak ditepati karena belakangan biaya pengobatan justru ditanggung sendiri oleh keluarganya.
"Awalnya dibilang biaya ditanggung pelaku sampai sembuh. Nyatanya malah keluarga saya yang keluar biaya terus," ungkapnya dengan nada kesal.
Amelia berharap kasus ini segera diproses secara hukum agar ada keadilan bagi anaknya dan menjadi pelajaran bagi semua pihak. (CR-3)