Meski begitu, tidak dapat diabaikan bahwa pola hidup “manusia tikus” juga menyimpan potensi risiko jika tidak diiringi dengan kesadaran dan niat untuk kembali bangkit. Istirahat sehat berbeda dengan pelarian dari tanggung jawab.
Adelia mengingatkan bahwa menarik diri dari rutinitas seharusnya bersifat sementara dan strategis. Ketika menjadi kebiasaan jangka panjang tanpa arah, pola ini justru dapat memperburuk kondisi mental, menambah rasa tidak berdaya, dan memperbesar jurang ketertinggalan.
Keseimbangan antara Pemulihan dan Tanggung Jawab
Keseimbangan adalah kata kunci. Gen Z perlu mengembangkan pemahaman bahwa menjaga kesehatan mental tidak berarti menghindari tanggung jawab, melainkan mencari cara agar keduanya bisa dijalankan secara bersamaan.
Strategi seperti mengatur ulang prioritas, menetapkan batasan sehat dalam hubungan sosial dan profesional, serta mencari bantuan psikologis, menjadi pendekatan yang lebih konstruktif daripada sekadar bersembunyi di balik layar ponsel atau tempat tidur.
“Pemulihan adalah bagian dari proses. Tapi proses itu harus tetap mengarah pada perbaikan, bukan stagnasi,” tambah Adelia.
“Manusia Tikus”: Cerminan Perubahan Sosial Global
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Tiongkok. Di banyak negara lain, termasuk Indonesia, pola serupa mulai muncul. Gen Z sebagai generasi digital menghadapi tekanan yang bersifat simultan dan konstan, dari media sosial, tuntutan ekonomi, hingga ketidakpastian masa depan.
Dengan cara mereka sendiri, mereka mencoba bertahan. Mereka mencari ruang aman di tengah keramaian, tempat di mana mereka tidak harus berpura-pura kuat atau sempurna. Gaya hidup ini pun menjadi semacam bentuk protes diam terhadap sistem yang dianggap tidak manusiawi.
Generasi dengan Narasi Baru
Gen Z adalah generasi yang mengubah narasi hidup. Mereka tidak ingin diukur hanya berdasarkan pencapaian eksternal, tetapi juga ingin dihargai atas keberanian mereka menjaga diri sendiri.
Istirahat bukan lagi tanda kelemahan, tetapi tanda keberanian untuk menyadari batas diri. Mereka mengajarkan bahwa kadang yang dibutuhkan bukanlah dorongan untuk terus maju, melainkan keberanian untuk berhenti sejenak.
Baca Juga: Pedagang Pasar Bersih Telaga Mas Bekasi Coba Peruntungan Baru, Optimis Pengunjung Ramai
Solusi dan Pendekatan Positif
Menghadapi fenomena ini, perlu ada pendekatan yang bijak dari berbagai pihak—keluarga, institusi pendidikan, dan dunia kerja. Beberapa langkah yang bisa diterapkan antara lain:
- Edukasi tentang kesehatan mental di lingkungan sekolah dan kampus.
- Kebijakan kerja yang fleksibel dan memberi ruang untuk pemulihan.
- Pendampingan psikologis yang mudah diakses dan tidak distigmatisasi.
- Budaya apresiasi atas usaha, bukan hanya hasil.
Fenomena “manusia tikus” di kalangan Gen Z adalah refleksi kompleks dari tantangan hidup modern, tekanan sosial, dan kesadaran baru tentang pentingnya kesehatan mental.