POSKOTA.CO.ID - India kembali mencatat peningkatan jumlah kasus COVID-19 yang signifikan pada awal Juni 2025. Berdasarkan data resmi dari Kementerian Kesehatan India yang dirilis pada Minggu, 8 Juni 2025, tercatat sebanyak 6.133 kasus aktif di seluruh wilayah India, dengan 769 infeksi baru dalam 48 jam terakhir.
Ini menandai lonjakan tajam dibandingkan data pada akhir Mei yang hanya mencatat 257 kasus aktif secara nasional.
Kondisi ini memicu kekhawatiran pemerintah pusat dan memacu pelaksanaan berbagai langkah antisipatif di seluruh negara bagian.
Baca Juga: Lolos Uji Lingkungan, PT GAG Nikel Kantongi Restu Menteri LH untuk Lanjutkan Operasi
Daerah Paling Terdampak: Kerala, Gujarat, dan Delhi
Negara bagian Kerala kembali menjadi daerah dengan jumlah kasus tertinggi, diikuti oleh Gujarat, Benggala Barat, dan Delhi. Konsistensi Kerala sebagai wilayah paling terdampak sejak gelombang awal pandemi menyoroti perlunya evaluasi terus-menerus terhadap pendekatan pengendalian lokal.
Peningkatan ini juga berkaitan erat dengan peningkatan mobilitas masyarakat dan lemahnya penerapan protokol kesehatan dalam beberapa pekan terakhir.
Simulasi Nasional untuk Menguji Kesiapan Fasilitas Kesehatan
Merespons perkembangan tersebut, pemerintah pusat India menggelar simulasi kesiapsiagaan nasional, sebuah langkah strategis untuk mengukur kapasitas sistem kesehatan publik. Fokus utama dari simulasi ini adalah:
- Ketersediaan oksigen medis
- Ruang isolasi di rumah sakit dan fasilitas darurat
- Ketersediaan ventilator
- Distribusi obat-obatan esensial
Instruksi juga telah diberikan agar seluruh negara bagian memastikan kesiapan dalam menghadapi potensi lonjakan pasien.
Kematian Masih Rendah, Mayoritas Kasus Bersifat Ringan
Meskipun jumlah kasus aktif meningkat, data pemerintah menunjukkan bahwa mayoritas kasus bersifat ringan dan tidak memerlukan perawatan intensif.
Dalam 24 jam terakhir, hanya tercatat enam kasus kematian tambahan. Sejak Januari 2025, India mencatat 65 kematian akibat COVID-19, angka yang masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan fase sebelumnya.
Menurut laporan resmi, sebagian besar pasien dapat menjalani isolasi mandiri di rumah, dengan pengawasan ketat dari otoritas kesehatan lokal.
Rapat Teknis Nasional: Evaluasi dan Strategi Penanganan
Pemerintah India melalui Kementerian Kesehatan mengadakan beberapa pertemuan teknis pada tanggal 2 dan 3 Juni 2025, dipimpin oleh Dr. Sunita Sharma, Direktur Jenderal Layanan Kesehatan. Pertemuan ini melibatkan:
- Satuan Manajemen Bencana Nasional
- Tim tanggap darurat COVID-19
- Pusat Pengendalian Penyakit India (NCDC)
- Dewan Riset Medis India (ICMR)
- Program Pengawasan Penyakit Terpadu (IDSP)
- Rumah sakit pemerintah pusat di Delhi
- Perwakilan dari seluruh negara bagian dan wilayah federal
Pertemuan ini difokuskan untuk mengintegrasikan upaya respons lintas sektor dan meningkatkan pelaporan serta analisis data berbasis wilayah.
Fokus pada Pengawasan ILI dan SARI
Pada tanggal 4 Juni 2025, pemerintah menegaskan kembali pentingnya pengawasan Influenza-Like Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) melalui jaringan IDSP di tingkat negara bagian dan distrik.
Sesuai pedoman terkini, semua pasien rawat inap yang menunjukkan gejala pernapasan akut harus menjalani tes COVID-19. Selain itu, sebanyak 5 persen dari kasus ILI juga diwajibkan menjalani pengujian untuk memantau varian virus dan mencegah penyebaran lebih lanjut.
Pengurutan Genom Virus COVID-19
Dalam rangka mengidentifikasi potensi varian baru, semua sampel yang dinyatakan positif COVID-19 akan dikirim untuk proses pengurutan genom lengkap melalui jaringan laboratorium ICMR. Proses ini menjadi bagian penting dari sistem peringatan dini untuk mendeteksi mutasi yang berpotensi mengancam efektivitas pengobatan dan vaksinasi.
Kesiapan Oksigen dan Infrastruktur Medis
Belajar dari pengalaman kelam gelombang kedua pandemi tahun 2021, pemerintah India kini menekankan pentingnya stok oksigen yang memadai di semua rumah sakit. Distribusi logistik medis, peningkatan produksi dalam negeri, serta kolaborasi dengan sektor swasta menjadi kunci dalam menjamin stabilitas pasokan.
Beberapa negara bagian juga tengah memperluas kapasitas rumah sakit darurat dan membentuk kembali tim tanggap cepat medis.
WHO Soroti Positivity Rate India
Dalam laporan terbaru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa positivity rate India mencapai angka tertinggi sejak tahun 2024, menjadi sinyal bahwa peningkatan kasus bukan sekadar anomali statistik. WHO juga mendesak agar sistem pengujian diperluas dan sistem pelaporan diperkuat untuk memastikan data akurat dan terkini.
Menteri Kesehatan India pun mengakui bahwa tren ini menjadi tantangan baru bagi sistem kesehatan yang tengah memulihkan diri pasca gelombang pandemi sebelumnya.
Situasi pandemi di India pada pertengahan 2025 menyoroti pentingnya kesigapan pemerintah dalam menanggapi lonjakan infeksi. Meskipun mayoritas kasus tergolong ringan, sinyal peningkatan harus disikapi dengan pendekatan ilmiah, transparan, dan berbasis data.
Keterlibatan berbagai lembaga kesehatan nasional, pelaksanaan simulasi kesiapsiagaan, serta upaya memperkuat kapasitas medis menjadi pondasi utama dalam menjaga stabilitas sistem kesehatan India di tengah ancaman gelombang baru.