Keteladanan ini dilakukan terus menerus tiada henti dalam situasi seperti apa pun, kondisi apa pun dan bagaimana pun. Sikap semacam ini sering disebut "ajeg" atau istiqomah.
Kita berharap keteladanan yang sudah melekat dalam diri akan tertularkan ke lingkungan keluarga, masyarakat. Lebih luas lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
dalam lingkup kecil, perlu keteladanan dari para orangtua kepada putra - putrinya, generasi penerus era kini, disebut kaum milenial dan digital.
Mengapa keteladanan? Karena generasi milenial lebih berharap model, ketimbang kritikan. Lebih membutuhkan keteladanan untuk membangun kesadaran, ketimbang doktrin atau pun paksaan.
Jika demikian halnya, edukasi rela berkorban dalam lingkungan sosial, bukan melalui semboyan atau slogan, tetapi dari perilaku kita sehari hari.
Sebab, rela berkorban, bukan sebatas wacana dan retorika, tetapi berperilaku nyata dengan melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
Baca Juga: Kopi Pagi: Kian Dibutuhkan Kejujuran
Rela berkorban menanggalkan ego kekuasaan demi membangun soliditas dan solidaritas sosial guna mengatasi berbagai persoalan yang kian rumit dan berbelit. Tantangan yang semakin beragam dan komplek.
Mari rela berkorban demi kepentingan umum, bukan rela mengorbankan kepentingan umum. (Azisoko)