Potret Raja Ampat yang beralih jadi tambang nikel viral di media sosial, aktivis dan netizen menuntut pembatalan proyek (Sumber: Instagram/@greenpeaceid)

Nasional

5 Hal Ini Berpotensi Hilang dari Raja Ampat bila Eksploitasi Tambang Nikel Makin Masif

Kamis 05 Jun 2025, 14:45 WIB

POSKOTA.CO.ID - Raja Ampat dijuluki sebagai surga terakhir di bumi atau “The Last Paradise on Earth”. Bahkan UNESCO mengakui bahwa kawasan di Papua Barat Daya itu sebagai situs warisan dunia atau global geopark.

Gugusan pulau tropis yang mempesona, perairan yang kaya dengan kehidupan bawah laut ditambah karst yang megah dan tutupan hutan yang alami menjadi daya tarik bagi pegiat konservasi atau wisatawan.

Raja Ampat adalah jantung dari segitiga terumbu karang dan pusat keanekaragaman hayati baik darat maupun laut. Selain itu,  menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat setempat.

Baca Juga: Eksploitasi Nikel di Raja Ampat, Bobon Santoso: Kekayaan Alam Terus Digasak, Orang Papua hanya Punya Warisan Penderitaan

Eksploitasi Tambang Nikel

Keindahan alam dan sumber kehidupan bagi masyarakat setempat serta julukan sebagai surga terakhir di bumi ini berpotensi menghilang karena adanya tambang nikel.

Berdasarkan keterangan dari Greenpeace, ada pulau kecil yang sudah dikeruk dan hutan yang sudah dibabat di Raja Ampat.

Aktivitas itu berpotensi mencemari sumber air, kehidupan bawah laut akan rusak dan masyarakat setempat akan kehilangan sumber kehidupannya.

“Kita akan kehilangan tempat liburan paling indah dan Indonesia akan kehilangan potongan surga terakhirnya,” keterangan dari Greenpeace dikutip pada Kamis, 5 Juni 2025.

Baca Juga: Greenpeace Soroti Eksploitasi Nikel di Raja Ampat, Susi Pudjiastuti Desak Prabowo Bertindak

“Apakah ini harga yang harus dibayar demi penambangan nikel?,” tambahnya.

5 Hal yang Berpotensi Menghilang jika Eksploitasi Nikel Makin Masif

Dari catatan Mongabay, ada lima hal yang berpotensi hilang jika masifnya tambang nikel di Raja Ampat, yaitu:

Kehilangan Spesies Karang di Dunia

Raja Ampat menjadi pusat keanekaragaman karang dunia dan lebih dari 75 persen spesies karang tercatat di planet ini ditemukan di perairan Raja Ampat.

Terumbu karang inilah yang membentuk dasar ekosistem laut, menyediakan tempat berlindung serta sumber makanan bagi ribuan spesies ikan dan invertebrata laut.

Baca Juga: Viral Aksi Greenpeace, Ada Apa di Balik Seruan 'Save Raja Ampat'?

Terumbu karang juga berperan dalam siklus nutrisi laut, merangkum plankton, mendukung proses reproduksi ikan dan menjaga kejernihan air.

Kerusakan karang akan berdampak luas seperti penurunan populasi ikan, terganggunya rantai makanan serta menurunnya kemampuan pantai dalam menahan gelombang dan abrasi.

Kehilangan keanekaragaman karang tidak hanya berarti hilangnya keindahan alam, tetapi terputusnya fungsi ekosistem yang menjaga kelangsungan hidup berbagai biota laut.

Baca Juga: Ibu Pertiwi Meringis! Raja Ampat Terancam Tambang Nikel, Aktivis Lingkungan dan Netizen Ramaikan Tagar SaveRajaAmpat

Sumber Kehidupan Masyarakat Setempat

Lebih dari 50.000 jiwa hidup di sekitar gugusan pulau Raja Ampat dan tersebar di 117 kampung pesisir.

Laut bukan sekedar pemandangan indah, tetapi menjadi sumber makanan utama dan sumber pendapatan bagi masyarakat setempat.

Menurunnya stok ikan atau rusaknya terumbu karang akan memaksa masyarakat berpindah profesi serta berpotensi menimbulkankan konflik sosial, penurunan pendapatan dan memutus rantai budaya tradisional yang sudah berlangsung secara turun-temurun.

Baca Juga: Anggota Komisi VII DPR RI Novita Hardini, Tegaskan Dampak Serius Imbas Hilirasi Tambang Nikel di Raja Ampat

Kehilangan Keanekaragaman Hayati

Raja Ampat menyimpan kekayaan hayati yang sulit ditandingi, tercatat sebanyak 2.500 spesies ikan laut, 47 mamalia laut dan darat, serta 274 spesies burung.

Ikan kerapu raksasa, penyu hijau, paus, pari manta karang hingga ikan purba coelacanth pernah dijumpai di Raja Ampat.

Dari catatan Greenpeace, masifnya tambang nikel ini bisa menghilangkan spesies endemik seperti biawak waigeo, udang mantis merak, hiu karpet berbintik bahkan ikan pari manta yang dilindungi dari kepunahan.

Baca Juga: Tim Aksi Cepat Kemenhub Evakuasi Korban Kebakaran Kapal di Raja Ampat

Kehilangan Ribuan Hektare Hutan Tropis Alami

Lebih dari 8.775 hektare hutan terancam dibabat untuk pertambangan nikel. Wilayah daratan Raja Ampat didominasi oleh hutan hujan tropis yang sarat dengan beragam jenis flora dan fauna darat.

Ekosistem mencakup mangrove pesisir, hutan pantai hingga perbukitan berbatu. Mangrove Raja Ampat memainkan peranan penting dalam menyerap karbon, menahan abrasi serta menjadi tempat pembibitan bagi ikan-ikan lait.

Sementara hutan pantai menampung satwa endemik seperti tikus hutan Papua dan berbagai jenis kupu-kupu langka.

Hutan tropis ini menjadi cadangan genetik tanaman obat tradisional yang dikenal oleh masyarakat ada. Apabila ribuah hektare hutan tropis dibabat, maka akan terjadi penurunan kualitas udara, banjir bandang, dan erosi lahan yang nyata.

Baca Juga: TNI AL Kerahkan KRI Mata Bongsang Amankan Kapal Bocor Berbendera Inggris di Raja Ampat

Lebih lanjut, habitat darat berpotensi memicu kepunahan spesies endemik darat serta memutus koneksi ekologis antara darat dan laut.

Kehilangan Ratusan Pulau Kecil

Raja Ampat dikenal dengan banyak gugusan pulau dan tercatat ada 610 pulau dengan empat pulau utama, yaitu Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool.

Ribuan pulau kecil terdapat di sana mulai dari karst hingga atol pasir yang berperan sebagai penyangga ekologis, memisah arus laut, stabilisasi pesisir, maupun tempat bertelur bagi penyu laut.

Carts Island di Misool dan gugusan bukit kapur di Piaynemo membantu mengatur arus laut yang membawa nutrisi dan plankton serta penting bagi kesehatan terumbu karang dan populasi ikan.

Baca Juga: Nggak Mudik Lebaran, Ayo Makan Kepiting Raja Ampat di Kebayoran

Pulau-pulau kecil di Raja Ampat bisa menjadi kantung genetik bagi berbagai spesies, utamanya saat masa perubahan iklim atau saat habitat rusak.

Pulau kecil tersebut bisa menjadi tempat perlindungan sementara bagi biota yang terancam.

Sementara dari sisi ekonomi, ekowisata berbasis pulau kecil menyumbang ratusan miliar rupiah per tahun pada sektor wisata di Papua Barat.

Jika tidak dijaga kelestariannya, potensi ekowisata yang menyerap lapangan kerja dan devisa lokal akan merosost drastis.

Perbincangan terkait menyelematkan Raja Ampat ini terus menggema di berbagai platform dengan tagar #SaveRajaAmpat.

Tags:
Papua Barat DayaPapua Barat SaveRajaAmpat5 hal berpotensi hilang dari Raja AmpatEksploitasi Tambang NikelThe Last Paradise on EarthRaja Ampat

Muhammad Dzikrillah Tauzirie

Reporter

Muhammad Dzikrillah Tauzirie

Editor