BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Di tengah situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, sebagian pedagang hewan kurban justru tetap mampu mendulang keuntungan.
Salah satunya Fery, 39 tahun, pedagang kambing di Jl. Gabus Raya, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, yang tahun ini mencatat peningkatan signifikan dalam penjualan.
Meski banyak pedagang mengeluhkan menurunnya permintaan menjelang Iduladha, Fery justru mengaku sebaliknya. Selama tiga hari membuka lapak di lahan miliknya, ia berhasil menjual lebih dari 20 ekor kambing dan domba.
“Bisa dibilang penjualan di lapak saya tahun ini justru mengalami peningkatan. Kemarin saya nurunin domba 100 ekor dan kambing jawa 70 ekor. Hampir 200 kurang lebih semuanya,” ujar Fery kepada Poskota, Kamis, 29 Mei 2025.
Baca Juga: Sempat Dilarikan Ambulans, Jemaah Haji Tertua Asal Bekasi Pulih di Tanah Suci
Fery mengaku keberhasilannya tak lepas dari lokasi strategis serta konsistensinya membuka lapak di lahan sendiri setiap tahun. Ia juga sudah memiliki banyak pelanggan tetap yang percaya pada kualitas hewan ternaknya.
“Tiap tahun saya buka di sini, sudah punya langganan juga. Mereka biasanya datang langsung atau pesan lewat telepon,” katanya.
Menariknya, seluruh hewan yang dijual Fery merupakan hasil ternak sendiri. Ia merawat kambing dan domba dari kecil di kandang pribadi hingga usia 9 bulan, sebelum dijual menjelang hari raya.
“Paling murah harga domba itu Rp2 jutaan. Paling tinggi sekitar Rp5 juta. Semua hasil dari ternak sendiri,” jelasnya.
Baca Juga: Pemberangkatan Haji Embarkasi Bekasi Masuk Tahap Akhir, 21.872 Jemaah Telah Berangkat
Tak hanya menjual di lapak, Fery juga memasok kambing ke pedagang lain dan menerima pesanan dari luar wilayah Bekasi. Bahkan, banyak pedagang membuka lapak dengan mengambil stok dari kandangnya.
“Banyak yang ambil ke saya. Kita justru support mereka. Kalau ada yang butuh, tinggal ambil aja. Sama-sama cari rezeki,” ucapnya.
Meski tahun ini bertepatan dengan tahun ajaran baru dan momen kelulusan sekolah, yang biasanya memengaruhi daya beli masyarakat, Fery tetap optimis. Ia memprediksi omzet bisa menyentuh angka setengah miliar rupiah bila seluruh stok hewan terjual habis.
“Kalau habis semua, omzetnya bisa lebih dari Rp500 juta. Minimal ya sekitar Rp350 juta,” ujarnya.
Fery menambahkan, omzet tertingginya pernah terjadi pada 2021, saat harga pakan masih murah dan permintaan tinggi. Saat itu, ia mencatat omzet lebih dari Rp300 juta dengan penjualan sekitar 80 ekor kambing di tengah pandemi Covid-19.
Untuk efisiensi biaya, Fery memanfaatkan limbah pabrik tahu dan tempe sebagai pakan. Ampas tersebut dicampur dengan rumput olahan agar kualitas hewan tetap terjaga dan biaya operasional bisa ditekan.
“Pakai ampas tahu dan tempe dari pabrik sekitar sini. Diolah lagi dicampur rumput, jadi nggak perlu beli pakan mahal-mahal,” ujarnya.
Meski usahanya tetap menggeliat, Fery berharap pemerintah lebih memperhatikan kondisi kesehatan hewan kurban di lapangan, terutama jelang Hari Raya Iduladha.
“Harapan saya, pemerintah rajin cek kandang-kandang petani. Perhatikan kesehatan hewan. Karena untuk kurban itu nggak sembarang binatang, harus sesuai syariat juga,” katanya.
Dengan semangat dagang dan jejaring yang solid, Fery menjadi contoh bagaimana usaha ternak dan jual-beli hewan kurban masih menjanjikan, bahkan di tengah tekanan ekonomi. Ia percaya bahwa kerja keras, kualitas produk, dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan adalah kunci utama keberhasilannya.
“Yang penting dagangan habis. Soal omzet, kita ikhtiar saja. Namanya juga dagang,” kata dia. (cr-3)