Di antaranya di Surakarta (1937), Semarang (1959/61), Jakarta (1986, 1989/90, 1993/94, 1994/95), Palembang (2014), hingga Bangkalan (2023/24).
Oleh karena itu, keberhasilan tahun ini terasa sangat spesial karena baru pertama kalinya PERSIB dapat merayakan kejayaan di rumah sendiri.
Kemenangan musim ini diraih secara meyakinkan. Dalam 34 pertandingan, PERSIB mencatat 19 kemenangan, 12 hasil imbang, dan hanya 3 kekalahan.
Mereka mengoleksi total 69 poin, unggul jauh dari pesaing terdekat, Dewa United yang finis di posisi kedua.
PERSIB pun menegaskan diri sebagai klub terbaik nasional dalam format kompetisi penuh, bukan hanya dalam sistem dua wilayah atau turnamen pendek.
Hal ini semakin mengukuhkan posisi Maung Bandung sebagai salah satu klub legendaris di Indonesia.
Jejak Langkah Pelatih Legendaris
Keberhasilan Bojan Hodak musim ini membuatnya sejajar dengan pelatih legendaris PERSIB, Indra M. Tohir.
Abah Tohir, sapaan akrabnya, sukses membawa PERSIB menjadi juara Kompetisi Perserikatan 1993/94 dan Liga Indonesia 1994/95 dalam dua musim berturut-turut.
Pada tahun 1994, PERSIB mengalahkan PSM Makassar 2-0 di Stadion Utama Senayan dengan gol dari Yudi Guntara dan Sutiono Lamso.
Setahun kemudian, mereka kembali juara usai menundukkan Petrokimia Putra 1-0 lewat gol Sutiono Lamso.
Dengan pencapaian saat ini, Hodak telah menyamai capaian bersejarah itu dan memberi warna baru dalam sejarah kepelatihan PERSIB yang selama ini didominasi pelatih lokal.
Konvoi Juara dan Pentas Hiburan
Sebagai puncak selebrasi, pihak manajemen PERSIB menggelar konser musik di dalam stadion yang menampilkan grup musik lokal seperti Panas Dalam, DT09, dan Kuburan.