Ini sosok Uut Bambang Sugeng ayah Luna Maya yang jarang diketahui publik. (Sumber: Instagram/Luna Maya)

HIBURAN

Uut Bambang Sugeng Tutup Usia di Umur Berapa? Ini Sosok Ayah Luna Maya yang Jarang Tersorot Publik

Kamis 08 Mei 2025, 09:16 WIB

POSKOTA.CO.ID - Prosesi pernikahan antara aktris papan atas Luna Maya dan Maxime Bouttier baru-baru ini mencuri perhatian publik, bukan hanya karena kemegahan acaranya, tetapi juga karena nuansa budaya Jawa yang begitu kental.

Masyarakat pun menjadi penasaran, terutama mengenai latar belakang keluarga Luna Maya, yang selama ini dikenal sebagai aktris asal Bali.

Namun, siapa sangka, jejak tradisi Jawa dalam pernikahan tersebut membawa publik pada sosok Uut Bambang Sugeng, ayahanda Luna Maya yang ternyata memiliki akar budaya Jawa yang kuat dan perjalanan hidup yang luar biasa, meski tidak banyak dikenal oleh masyarakat luas.

Baca Juga: Cara Daftar OTS Antrian KJP Pasar Jaya Mei 2025 Pakai NIK dan KK, Dapat Sembako Murah!

Asal Usul dan Latar Belakang Keluarga

Almarhum Uut Bambang Sugeng lahir pada tahun 1951 di Yogyakarta. Meskipun berasal dari keluarga berdarah Cirebon dan Bojonegoro, beliau tumbuh besar dalam lingkungan yang kaya akan seni dan budaya Jawa.

Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya, Uut memutuskan untuk merantau ke Bali pada era 1970-an.

Keputusannya ini bukan tanpa alasan. Bali kala itu menjadi magnet bagi seniman dari seluruh dunia untuk berkarya dan hidup bebas berekspresi.

Di pulau inilah Uut menemukan atmosfer yang mendukung hasrat seninya, serta membuka jalan bagi pertemuannya dengan cinta sejatinya, Desa Maya Waltraud Maier, seorang wanita asal Austria.

Kecintaan pada Musik dan Perjalanan ke India

Cinta Uut terhadap musik bukanlah hal yang sekadar hobi. Ia mendalaminya secara serius hingga membawanya ke India pada tahun 1976.

Di sana, Uut mendalami instrumen musik tradisional India, yakni sarod, salah satu alat musik petik klasik yang sangat kompleks dan memiliki pengaruh besar dalam musik Hindustani.

Perjalanan spiritual dan musikalnya di India menandai babak baru dalam hidupnya. Tak hanya memperkaya wawasan budaya dan musikalitasnya, tetapi juga membentuk jati diri Uut sebagai seniman multidisipliner yang terbuka terhadap berbagai pengaruh budaya.

Karya dan Kontribusi dalam Dunia Batik

Sepulangnya dari India, Uut menikah dengan Desa Maya dan keduanya menetap di Bali. Di sanalah mereka membangun kehidupan yang harmonis dengan semangat seni yang tak pernah padam.

Tak lama setelah pernikahan, pasangan ini mendirikan butik batik bernama Boutique Banana, yang menjadi wadah ekspresi seni Uut dalam medium batik.

Menariknya, batik yang diproduksi oleh Boutique Banana mendapat sambutan hangat dari pasar internasional, terutama Jepang.

Batik hasil kreasi Uut dikenal memiliki gaya eksperimental yang menggabungkan unsur tradisional Jawa dengan sentuhan modern dan kosmopolitan. Ini menjadikan nama Uut tak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga dihormati di kancah global, terutama oleh para pecinta seni tekstil Jepang.

Pengaruh Kultural pada Luna Maya

Sebagai anak dari pasangan lintas budaya ayah Jawa dan ibu Austria Luna Maya tumbuh dalam lingkungan yang sangat plural dan kaya akan nilai estetika.

Ayahnya yang meninggal saat Luna berusia 12 tahun meninggalkan warisan budaya dan seni yang membekas hingga kini.

Kecintaan Uut terhadap seni telah membentuk karakter dan selera estetika Luna Maya yang kini dikenal tidak hanya sebagai aktris, tetapi juga ikon mode dan enterpreneur sukses.

Kentalnya budaya Jawa dalam prosesi pernikahan Luna dan Maxime menjadi simbol penghormatan terhadap warisan leluhur yang selama ini terpendam di balik citra modernitas yang melekat pada sosok Luna Maya.

Ini adalah bentuk penghormatan yang tulus terhadap sosok sang ayah, yang meski telah tiada sejak 28 November 1995, tetap hidup dalam ingatan melalui karya dan nilai-nilai yang diwariskannya.

Baca Juga: Waspada Jeratan Pinjol Ilegal, Ini Risiko yang Harus Diketahui Agar Privasi Terjaga

Pameran Double Flame: Tribute untuk Sang Seniman

Pada Desember 2024, sebuah pameran bertajuk "Double Flame" digelar di Bali untuk mengenang perjalanan hidup dan karya-karya Uut Bambang Sugeng.

Dalam pameran tersebut, masyarakat diperkenalkan pada sisi lain dari seniman yang selama ini tersembunyi di balik bayang-bayang popularitas putrinya.

Pameran ini tidak hanya menampilkan lukisan dan karya tekstil, tetapi juga dokumentasi perjalanan spiritual dan estetika sang seniman. "Double Flame" menjadi manifestasi dari dua api: semangat seni dan semangat hidup yang menyatu dalam diri Uut.

Warisan Budaya yang Relevan hingga Kini

Meski telah tiada selama hampir tiga dekade, warisan yang ditinggalkan Uut tetap relevan. Ia bukan sekadar ayah dari seorang selebriti, melainkan figur seniman yang mengabdikan hidupnya untuk kebebasan ekspresi dan pelestarian budaya.

Warisan ini menjadi semakin nyata ketika anak perempuannya, Luna Maya, memilih untuk menyisipkan elemen budaya Jawa dalam hari paling sakral dalam hidupnya.

Dalam dunia yang semakin modern dan global, kisah seperti milik Uut Bambang Sugeng menjadi pengingat penting tentang pentingnya menjaga akar budaya sambil tetap terbuka terhadap lintas budaya. Ia adalah simbol dari Indonesia yang plural dan berbudaya, serta figur ayah yang inspiratif.

Tags:
Luna MayaMaxime BouttierUut Bambang SugengBatik Boutique BananaBudaya JawaAyah Luna MayaMusik sarod IndiaPameran Double FlamePernikahan adat Jawa

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor