Meski isu ini memantik kontroversi, Erick tidak bersikap defensif. Ia justru menilai kritik sebagai pemacu untuk memperkuat integritas federasi dan kompetisi.
Ia juga memuji Semen Padang atas pencapaian tiga kemenangan beruntun, yang menjadi bukti bahwa persaingan di liga masih berlangsung secara adil dan sportif.
"Ini era demokrasi. Kritik dan saran itu sah-sah saja. Liga juga terbuka terhadap masukan," tambah Erick.
"Yang penting kita terus mendorong agar sepak bola Indonesia menjadi lebih sehat," ucap dia.
Baca Juga: Tottenham Diunggulkan, Tapi Bodo Glimt Siap Beri Kejutan di Leg Kedua Semifinal Liga Europa
Respons PT LIB
Senada dengan Erick, Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Ferry Paulus, turut memberikan klarifikasi atas tudingan tersebut.
Dalam sebuah kesempatan di konferensi pers 'Club Licensing Cycle 2024/25' pada 7 Mei 2025, Ferry menyebut bahwa pihaknya menjalankan operasional liga berdasarkan standar dan regulasi yang berlaku.
"Semua orang punya opini dan hak untuk berbicara. Namun yang disampaikan tidak sesuai dengan kondisi di liga saat ini," ungkap Ferry.
Lebih lanjut, Ferry menjelaskan bahwa pihaknya, bersama PSSI, telah mengimplementasikan berbagai sistem untuk memastikan transparansi dan keadilan kompetisi.
Salah satunya adalah penerapan lisensi klub serta pengawasan berlapis untuk mencegah adanya pengaturan skor atau match fixing.
"Ketua Umum sudah menegaskan, kalau memang ada match fixing, mari kita ungkap bersama. Tidak hanya klub atau liga, jika media punya temuan, silakan disampaikan," katanya.
Komitmen pemberantasan mafia sepak bola ini bukan sekadar wacana. Sejak awal kepemimpinan Erick Thohir di PSSI, berbagai reformasi struktural mulai diterapkan, termasuk pembentukan Integrity Unit dan kerja sama dengan kepolisian untuk mengawasi pertandingan.