Andre Rosiade juga menyentil nama Arya Mahendra Sinulingga, anggota Exco PSSI sekaligus pemilik klub Sumut United FC, dengan menyebut bahwa Arya pernah menjadi korban dari praktik mafia sepak bola.
"Bang @arya.m.sinulingga ditunggu komentarnya. Apalagi abang kan korban mafia juga karena berkali-kali dikerjai," tulis Andre.
Sumut United FC sendiri adalah klub yang berdiri sejak tahun 2019 dan berbasis di Provinsi Sumatera Utara. Klub ini sempat disebut-sebut sebagai salah satu tim yang pernah dirugikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dalam pengaturan hasil pertandingan.
Pernyataan Andre ini membuka kembali luka lama tentang bagaimana manipulasi skor, keputusan wasit yang kontroversial, hingga degradasi dan promosi klub bisa terjadi bukan berdasarkan kinerja di lapangan, melainkan melalui jalur gelap yang merusak integritas kompetisi.
Urgensi Reformasi Sepak Bola Nasional
Kasus ini kembali mengingatkan publik akan skandal besar yang terjadi pada 2018–2019, ketika Satgas Anti Mafia Bola yang dibentuk oleh Polri mengungkap jaringan pengaturan skor di Liga 3 hingga Liga 1. Namun, setelah beberapa tahun, tampaknya praktik kotor ini belum benar-benar lenyap.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, yang dikenal dengan komitmennya terhadap reformasi dan profesionalisasi sepak bola Indonesia, kembali dihadapkan pada tantangan besar.
Sorotan masyarakat kini tidak hanya tertuju pada prestasi tim nasional, tetapi juga pada kemampuan federasi dalam membenahi internal dan menindak tegas pelaku-pelaku mafia.
Dalam konteks ini, pembersihan terhadap operator mafia tidak dapat dilakukan secara parsial. Diperlukan pembentukan unit independen yang dapat menyelidiki, mengawasi, dan menindak tegas segala bentuk kecurangan di dunia sepak bola nasional.
Baca Juga: Galbay Pinjol Berpengaruh pada Skor Kredit? Begini Cara Cek BI Checking dengan Mudah
Spekulasi Publik dan Krisis Kepercayaan
Komentar warganet di media sosial menunjukkan tingkat frustrasi yang tinggi terhadap kondisi sepak bola nasional.
Mereka menilai bahwa setiap musim kompetisi selalu menyisakan kontroversi, baik dari sisi teknis maupun non-teknis. Banyak yang meminta transparansi lebih lanjut terkait inisial JN dan P.
Sebagian publik bahkan menyarankan agar Andre Rosiade membuka sepenuhnya identitas kedua nama tersebut agar tidak menimbulkan fitnah serta menjadi bukti konkret bagi pihak berwenang untuk menindaklanjuti.