PANDEGLANG, POSKOTA.CO.ID - Sejumlah pemasok kebutuhan pokok pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, mengeluh karena tiba-tiba diputus kontrak. Selain itu, para pemasok juga belum dibayar lunas oleh pihak pengelola dapur MBG tersebut.
Salah seorang pemasok MBG, Kiki Maulana mengungkapkan, dirinya sudah dikeluarkan sebagai pemasok kebutuhan pokok dapur MBG Menes. Selain dirinya, ada dua pemasok lain yang juga dikeluarkan oleh pihak dapur.
"Karena sekarang pihak dapur memasok kebutuhan pokok MBG sendiri, mereka belanja sendiri tidak melalui supplier lagi," ungkapnya melalui sambungan telepon, Selasa, 6 Mei 2025.
Padahal, kata dia, jika melihat aturan dapur tidak bisa belanja langsung kebutuhan pokok MBG, melainkan harus melalui lembaga penyedia seperti Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ataupun Pokdakan dan lain sebagainya.
Baca Juga: Wali Murid Khawatir Sekolah Gratis Dibongkar, Disdik Jaksel Pastikan Aman
"Mereka pihak dapur menyiasati itu dengan memakai laporan lembaga. Makanya saya sudah membuat surat pernyataan kepada pihak dapur MBG, jika kami sudah tidak menjadi supplier lagi," katanya.
"Karena kami punya kekhawatiran jika lembaga kami digunakan sebagai laporan ke pusat oleh pihak dapur," sambungnya.
Selain sudah diputus kontrak sebagai supplier MBG, Kiki mengaku mengalami kerugian materi. Pihak dapur belum melunasi pembayaran sekitar Rp41 juta.
"Dari semua supplier, yang belum dibayar oleh pihak dapur itu sekitar Rp41 jutaan," ujarnya.
Program Presiden Prabowo Subianto di Menes disebutnya sudah tidak sesuai dengan arahan. "Jadi, kesannya hayang dapat untung sorangan (pengen dapat untung sendiri). Jadi, tidak ada pemberdayaan masyarakat lokal," ucapnya.
Salah seorang Humas Dapur MBG di Kecamatan Menes, Anwar Nur membantah mengganti pemasok MBG yang lama. Ia menyebut jika beberapa pemasok mengundurkan diri dengan alasan harga pembelian tidak sesuai.
Menurutnya terkait kerugian yang dikeluhkan pemasok, Anwar menyebut jika hal itu terjadi karena harga beli kepada pemasok saat awal MBG terlalu maha. Akibatnya dapur mengalami devisit keuangan dan rugi hingga Rp40 juta.
"Harga pembelian komoditas pangan dari supplier terlalu tinggi, sehingga dapur mengalami devisit keuangan sebesar Rp40 jutaan," imbuhnya.