JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Sejumlah pedagang di Los C, Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, buka suara soal isu sepinya pasar.
Mereka menegaskan bahwa bukan keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) atau pungutan liar (pungli) yang jadi penyebab utama lesunya penjualan, melainkan karena daya beli masyarakat yang menurun pasca pandemi.
"Kalau dibilang sepi, iya. Tapi bukan karena PKL atau pungli. Pungli sih tetap ada, tapi masih dalam batas wajar. Enggak sampai bikin kami susah," Kata Erwin, 56 tahun, pedagang buah melon yang sudah berjualan puluhan tahun di Los C, Minggu 4 Mei 2025.
Erwin mengatakan jika tantangan terbesarnya saat ini dalam berdagang justru datang dari lambatnya perputaran ekonomi.
Baca Juga: Warga Keluhkan Tumpukan Sampah di Pasar Induk Kramat Jati
"Kami lebih terdampak karena ekonomi masyarakat lagi sulit. Jualan sekarang susahnya minta ampun. Kalau bukan karena udah nyaman di profesi ini, mungkin udah saya tinggalin," katanya.
Pasar Induk Kramat Jati memang dikenal sebagai pusat grosir buah-buahan. Para pembeli biasanya datang bukan untuk belanja eceran, melainkan borongan dalam skala besar.
"Di sini tuh jualannya per ton atau per karung. Pembeli eceran mah jarang. Makanya pasar kelihatan sepi padahal transaksinya tetap jalan," Kata Erwin.
Erwin mengatakan omset penjualan di lapaknya mulai kembali stabil beberapa bulan belakangan ini.
"Alhamdulillah beberapa bulan ini kami ada kenaikan omset. Walau hanya sekitar 15 persen, ini cukup bagi kami untuk tetap bertahan di situasi sulit seperti sekarang " Kata Erwin
Sementara itu, pedagang lainnya Sandra, 38 tahun, yang menjual buah nanas, menyebut bahwa penjualan masih tergolong stabil berkat bantuan teknologi.