Pernyataan Gubernur Kalimantan Timur, Rudi Mas’ud, yang menyebut Dedi Mulyadi sebagai “Gubernur Konten” dalam rapat resmi DPR RI telah menjadi viral dan menuai perhatian publik. (Sumber: Instagram/@dedimulyadi71)

Daerah

Rudi Mas’ud Dituding Sindir Dedi Mulyadi Usai Debat dengan Aura Cinta, Ini Klarifikasinya soal Julukan ‘Gubernur Konten'

Jumat 02 Mei 2025, 15:36 WIB

POSKOTA.CO.ID - Dalam lanskap politik lokal Indonesia yang makin dipengaruhi oleh dinamika media sosial, figur publik seperti Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menjadi representasi gaya kepemimpinan yang “populis” dan “digital-minded.”

Julukan “Gubernur Konten” yang dilontarkan oleh Gubernur Kalimantan Timur, Rudi Mas’ud, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Gedung DPR RI, memicu percakapan luas di ruang publik digital.

Ucapan tersebut, yang awalnya disampaikan dalam nada santai dan penuh pujian, mendadak viral. Banyak warganet menafsirkannya sebagai sindiran terhadap kepemimpinan yang lebih fokus pada pencitraan ketimbang substansi. Namun benarkah demikian?

Baca Juga: Panduan Lengkap Membuat Akun SSCASN dan Persiapan Pendaftaran CASN 2025, Intip Selengkapnya di Sini!

Pujian atau Sindiran? Klarifikasi Rudi Mas’ud

Rudi Mas’ud, dalam pernyataan klarifikasinya kepada media, menegaskan bahwa sebutan “Gubernur Konten” yang disematkannya kepada Dedi Mulyadi bukanlah bentuk kritik atau sindiran.

Ia menjelaskan bahwa Dedi adalah sahabat sekaligus rekan seperjuangan politik di Partai Golkar, dan dirinya justru mengagumi konsistensi Dedi dalam menghadirkan konten edukatif dan inspiratif di media sosial.

“Kang Dedi itu sahabat saya. Kami sama-sama berasal dari Partai Golkar. Ucapan saya itu untuk memuji kerja keras beliau dalam menginspirasi masyarakat melalui konten-konten yang beliau unggah,” kata Rudi Mas’ud.

Ia menambahkan bahwa pemanfaatan media sosial oleh Dedi Mulyadi telah berhasil membangun komunikasi yang lebih efektif antara pemerintah dan masyarakat, sesuatu yang patut diapresiasi di era digital saat ini.

Gaya Kepemimpinan Dedi Mulyadi

Dedi Mulyadi memang dikenal sebagai sosok kepala daerah yang aktif membagikan kegiatan pemerintahan, program sosial, hingga interaksi langsung dengan warga di berbagai kanal seperti TikTok dan YouTube.

Dalam berbagai video, ia kerap tampil merakyat, turun langsung ke lapangan, hingga memberikan solusi spontan atas masalah warga.

Pendekatan ini membuatnya sangat populer, khususnya di kalangan milenial dan generasi Z. Namun, kepopuleran ini juga menghadirkan konsekuensi gaya komunikasi yang bersifat naratif dan visual terkadang menimbulkan anggapan bahwa Dedi lebih menekankan citra ketimbang kebijakan substantif.

Meski demikian, banyak analis politik melihat strategi ini sebagai upaya modernisasi birokrasi dan keterbukaan publik. Dalam era digital, keterhubungan langsung antara pemimpin dan rakyat dapat menjadi alat transparansi sekaligus pengawasan sosial yang efektif.

Baca Juga: Aplikasi TikTok Keluar Sendiri? Coba Cara Ini

Larangan Wisuda dan Debat dengan Siswi SMA

Viralnya istilah “Gubernur Konten” juga beriringan dengan perdebatan publik yang melibatkan Dedi Mulyadi dalam isu larangan wisuda sekolah.

Dalam sebuah video yang beredar pada 27 April 2025, Dedi terlibat adu argumen dengan Aura Cinta, seorang siswi SMA yang mempertanyakan kebijakan Gubernur Jawa Barat tersebut yang menolak pelaksanaan wisuda di tingkat TK hingga SMA.

Menurut Dedi, wisuda merupakan pengeluaran yang tidak mendesak dan dapat membebani keluarga, khususnya mereka yang kurang mampu.

“Masyarakat miskin yang bahkan tidak memiliki rumah, tetapi masih ingin ada wisuda? Ini tidak tepat,” tegasnya.

Sementara itu, Aura Cinta menilai bahwa acara perpisahan sekolah dapat tetap dilaksanakan dengan biaya yang lebih ringan, sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangan siswa selama belajar.

Perdebatan ini pun menjadi bahan diskusi publik yang cukup tajam di dunia maya, memperkuat posisi Dedi sebagai figur pejabat yang kontroversial namun komunikatif.

Tags:
Viral media sosial pejabat publikKomunikasi politik digitalRudi Mas’udGubernur KontenDedi Mulyadi

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor