Sumino Takut Bawa Istri ke Dokter Kandungan gegara Marak Kasus Pelecehan Seksual

Senin 21 Apr 2025, 09:03 WIB
Ilustrasi warga menunggu antrean berobat di Puskesmas di Jakarta, beberapa waktu lalu. Kasus pelecehan seksual oleh dokter kandungan membuat emak-emak khawatir mengalami kasus serupa saat periksa kandungan. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Ilustrasi warga menunggu antrean berobat di Puskesmas di Jakarta, beberapa waktu lalu. Kasus pelecehan seksual oleh dokter kandungan membuat emak-emak khawatir mengalami kasus serupa saat periksa kandungan. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Meski begitu, Sumino sadar, pemilihan dokter adalah hak masing-masing pasien. Tapi dalam situasi sekarang, kehati-hatian harus lebih ditingkatkan. Dia juga berharap Kementerian Kesehatan mulai memperketat proses seleksi terhadap calon-calon dokter di masa depan.

"Harusnya pemerintah lebih teliti lagi dalam mencetak dokter. Bukan cuma pintar secara akademis, tapi juga punya kejiwaan yang sehat. Kalau bisa, sebelum praktek, dites dulu kejiwaannya. Jangan sampai orang yang punya potensi menyimpang malah dikasih wewenang jadi dokter," katanya.

Hal senada disampaikan Wia, ibu dua anak yang juga tinggal di kawasan Sawangan. Ia tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya atas tindakan tak senonoh yang dilakukan oknum dokter tersebut.

"Seorang dokter itu kan sudah disumpah untuk menolong orang yang sedang sakit. Tapi ini malah nyakitin pasiennya. Miris banget, apalagi ini spesialis kandungan. Kan pasiennya perempuan semua," kata dia.

Sebagai seorang ibu, Wia merasa situasi ini harus jadi perhatian serius pemerintah. Ia mendesak agar ada evaluasi menyeluruh dalam sistem rekrutmen dan pendidikan dokter.

"Jangan cuma tes ujian dan praktik medis aja. Tapi juga harus ada tes psikologis atau kejiwaan secara rutin. Supaya dokter-dokter yang diluluskan benar-benar siap melayani masyarakat dengan hati nurani," ucapnya.

Dia juga menyarankan agar rumah sakit lebih terbuka dalam sistem pendampingan selama pemeriksaan kandungan, termasuk kehadiran pihak keluarga saat pemeriksaan berlangsung, demi memberikan rasa aman kepada pasien.

"Kalau ada pendamping saat pemeriksaan, pasien juga lebih tenang. Jadi semua pihak merasa aman dan nyaman," tuturnya.

Keresahan Sumino dan Wia menjadi potret nyata kekhawatiran warga terhadap integritas tenaga kesehatan, khususnya dokter kandungan. Mereka tidak menolak kehadiran dokter laki-laki, tetapi menginginkan sistem yang bisa menjamin keselamatan dan kenyamanan pasien selama menjalani pengobatan.

Berita Terkait

News Update