Obrolan Warteg: Berebut Gen Z dan Milenial

Kamis 10 Okt 2024, 07:04 WIB
Obrolan Warteg: Berebut Gen Z dan Milenial. (Poskota/ Yudhi Himawan)

Obrolan Warteg: Berebut Gen Z dan Milenial. (Poskota/ Yudhi Himawan)

Seperti halnya saat pemilu , baik pilpres maupun pileg,  pada pilkada serentak tahun ini, para kandidat menggelar beragam strategi untuk merebut hati pemilih muda, yaitu Generasi milenial dan Generasi Z.

Cukup beralasan karena jumlahnya cukup besar, di kisaran angka 50 persen dari jumlah pemilih.

Dalam berbagai kampanye yang digelar merebut suara Gen Z dan milenial begitu terlihat, begitu juga saat debat cagub - cawagub, misalnya di Jakarta, Gen Z menjadi topik yang diperdebatkan.

“Berarti suara Gen Z dan milenial menjadi rebutan para cakada ya. Tak hanya di Jakarta, juga di daerah lain,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

“Dapat dipahami karena persentase kedua generasi tersebut  sangat besar, lebih 50 persen dari jumlah penduduk yang ada,”kata mas Bro.

Seperti di Jakarta saja, menurut data KPU, 51 persen daftar pemilih tetap berasal dari Gen Z dan milenial. Dengan rincian, 18,5 persen adalah pemilih dari Gen Z, sedangkan pemilih dari generasi milenial sebesar 31,5 persen.

Itu data KPU bulan Juli 2023. Sekarang, mungkin jumlah Gen Z bertambah.

“Dengan menguasai pemilih dari dua generasi tersebut, berpeluang menang. Ditambah lagi misalnya dari Gen X dan Baby Boomer yang berusia di atas 40 tahun, peluang semakin besar,” kata Heri.

“Lantas siapa yang memperebutkan suara konsumen warteg seperti kita-kita ini ya,” tanya Yudi.

“Iya juga, padahal konsumen warteg jumlahnya sangat besar karena berasal dari lintas generasi.Ada Gen Z, milenial, Gen X dan baby boomer,” tambah Heri.

“Lihat saja yang makan di warteg dari segala lapisan usia. Ada remaja, anak muda, dewasa dan orang tua,” kata Yudi.

“Bukan itu saja, konsumennya dari segala lapisan profesi. Ada pelajar, mahasiswa, karyawan kantoran hingga pekerja serabutan ada di warteg. Bahkan, level manajer pun tak sedikit yang hobi makan di warteg,” kata mas Bro.

“Ya warteg dulu dan sekarang kan beda. Sekarang lebih bersih dan tertata rapi, Menu juga tak ubahnya kita makan di rumah. Harga standar, dapat terjangkau,” kata Heri.

“Itu kata kalian yang sehari-hari makan di warteg,” ujar Yudi.

“Loh faktanya begitu. Semua orang juga mengakui kalau warteg itu membantu masyarakat. Penggerak ekonomi rakyat, termasuk di Jakarta,” kata Heri.

“Ya, semoga saja ada cagub - cawagub yang peduli dengan konsumen warteg, masyarakat menengah bawah yang jumlahnya cukup besar,” harap mas Bro.

“Semoga..” kata kedua sohibnya, bung Heri dan bang Yudi. (Joko Lestari).

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari. 


Berita Terkait


News Update