PERJUANGAN Timnas Indonesia U-23 untuk lolos ke Olimpiade Paris 2024 penuh dengan drama dan harga diri. Pasukan skuad Shin Tae-yong sejak semifinal hingga perebutan tempat ke-3 Piala Asia U-23 Qatar 2024 menguras energi dan mental.
Rakyat Indonesia masih yakin Rizki Ridho, Cs akan mampu menembus Olimpiade 2024 meski Uzbekistan dan Irak menghentikan langkah Garuda Muda. Laga Itu menjadi pelajaran berharga dan menjadi catatan sejarah baru bagi Garuda Muda.
Melawan Timnas Guinea U-23 merupakan jalan terakhir Merah Putih ke Olimpiade 2024. Artinya, laga ini sebagai nyawa terakhir Garuda Muda dan tidak ada lagi kesempatan. Karena itu, hanya dengan kemenangan kontra negara Afrika tersebut timnas U-23 Indonesia bisa terbang ke Olimpiade 2024.
Secara kekuatan Guinea U-23 mungkin bisa dikatakan unggul. Sebab ada sejumlah pemain mereka yang sudah mencicipi pengalaman bermain di klub top Eropa. Bahkan, mantan pelatih Vietnam Philippe Troussier menyebut peluang menang wakil Asia melawan Guinea sangat kecil.
Menurutnya, selain sepak bola Afrika berkembang pesat, fakta bahwa laga digelar di Prancis akan menambah kesulitan bagi siapapun wakil Asia. Pasalnya, Prancis adalah rumah kedua bagi banyak pemain Afrika, termasuk Guinea.
Ucapan itu karena Troussier sangat mengenali sepak bola Afrika, karena pernah mengasuh lima timnas benua itu, yakni Pantai Gading, Nigeria, Burkina Faso, Afrika Selatan, dan Maroko.
Karena itu, hanya mental dan kekompakan Garuda Muda yang bisa menghadang pasukan Guinea. Garuda Muda harus bangkit lupakan kekalahan menyakitkan atas Irak. Apa lagi dilaga nanti dukungan suporter tidak akan lagi dirasakan Witan Sulaiman, Cs seperti saat Piala Asia Qatar.
Laga Timnas Indonesia melawan Guinea dipastikan tertutup alias tanpa penonton. Hal tersebut dikatakan FIFA untuk mengantisipasi ancaman jelang Olimpiade di Paris. Kita berharap kesempatan ke tiga ini jangan di sia-siakan lagi, tunjukkan harga diri Garuda Muda sebagai bangsa petarung yang pantang menyerah.
Pecinta sepak bola di Tanah Air meski sempat kecewa dengan kekalahan melawan Irak, namun doa dan dukungan bagi Garuda Muda tidak pernah berhenti. Kesempatan ini sudah didepan mata, rakyat Indonesia mendambakan sepak bola berkiprah di Olimpiade.
Hal itu akan mengangkat harkat dan martabat bangsa di kancah dunia bahwa sepak bola Indonesia sudah bangkit dari tidurnya meski bertarung di kelompok U-23. Bak kata pantun, "Dari Belanda menuju Portugal. Singgah sebentar di Singapura. Hadapi rintangan tak takut gagal. Mental tangguh jiwa sang juara. *