Tak mau menyia-nyaiakan harga murah, dirinya pun berinisiatif memborong migor sebanyak 4 dus dari Toko Anugerah.
"Karena usaha gorengan jadi minyak goreng bahan baku utama yang harus dipenuhi. Sehingga mumpung stok tidak dibatasin jadi saya borong saja," ungkapnya.
Terpisah pemilik Toko Anugerah Pasar Reni Jaya Lama, Giant Mahendra, mengatakan, selama pemerintah menetapkan HET Rp14 ribu/liter, ketersediaan minyak goreng langka di pasaran.
Namun sekarang setelah HET dihapus pemerintah stok migor menjadi melimpah.
"Meski stok migor banyak namun harga pasaran tinggi setelah pemerintah menetapkan dua liter Rp50 ribu, di kita karena satu-satu kios yang menjual minyak goreng lebih murah untuk kualitas grade B di toko grosir dijual Rp43 ribu, sedangkan Grade A Rp47 - 50 ribu," bebernya.
Meski mahal, masyarakat tetap saja banyak yang membeli karena minyak goreng sudah menjadi kebutuhan pokok.
"Tidak mengurangi minat warga yang mau membeli minyak meski mahal banyak dicari. Meski ada satu dua orang merasa kaget setelah tahu tinggi harga minyak juga," tuturnya.
Giant berharap pemerintah dapat kembali menurunkan harga migor untuk memenuhi kebutuhan di bulan Ramadhan dan IdulFitri.
"Jangan membuat masyarakat kecil bertambah penderitaannya dengan semua bahan kebutuhan pokok naik melambung tinggi sehingga bertambah memberatkan kehidupannya," tutupnya. (angga)