JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, berita duka datang dari mantan Menteri Penerangan era Presiden RI ke-2 Soeharto, yakni Harmoko yang meninggal dunia di usianya yang ke 82 tahun di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat pada Minggu (4/7/2021) malam pukul 20.22 WIB.
Selain pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Indonesia pada masa Orde Baru, Harmoko pernah berperan sebagai Ketua MPR pada masa pemerintahan BJ Habibie dan pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia.
Harmoko juga kemudian juga pernah menjabat menjadi Menteri Penerangan di bawah pemerintahan Soeharto di masa Kabinet Pembangunan VI.
Segudang prestasi pernah ditorehkan Harmoko semasa hidupnya. Dia merupakan orang yang mengeluarkan kebijakan SIUPP (Surat Izin Usaha dan Penerbitan Pers) demi melihat dan menandakan kredibilitas dari perusahaan pers (media).
Pria kelahiran Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur pada 7 Februari 1939 itu juga mampu melakukan komunikasi politik yang khas untuk mendukung program-program pembangunan Orde Baru.
Ketika menjabat menjadi Ketua Umum GOLKAR (Golongan Karya), Harmoko berhasil memenangkan kekuatan politik itu dalam PEMILU (Pemilihan Umum) tahun 1997.
Harmoko sempat menetapkan kembali Soeharto sebagai Presiden RI ketika menjabat sebagai Ketua MPR/DPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat), tetapi akibat tekanan dari gerakan Reformasi 1998, Harmoko juga yang akhirnya meminta agar Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia.
Hal lain yang diakukan Harmoko ketika ia menjadi Menteri Penerangan, yakni menjadi dedengkot dalam melakukan komunikasi politik “sambung rasa” dengan menciptakan kegiatan pertemuan bagi para petani dan nelayan yang diberi nama KELOMPENCAPIR (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa); IDT (Instruksi Presiden, Desa Tertinggal); dan KMD (Koran Masuk Desa).
Pencapaian Harmoko itu sudah tercatat sebagai tindakan yang Luar biasa karena dari situ juga terciptanya rasa pengaruh dalam acara : "temu wicara", "kontak tani", "temu kader", dan "safari romadhon" terhadap para petani-petani.
Karier Harmoko terus naik, saat ia menjadi wartawan sampai ia menjadi pemilik sebuah media yang memiliki prestasi terbesar pada masa Orde Baru yaitu surat kabar Pos Kota di Jakarta.
Sepertinya keberhasilan Harmoko dalam mengelola Pos Kota itu menarik perhatian Presiden Soeharto, karena saat itu Harmoko mempunyai ciri khas sebagai orang yang sangat dekat dengan rakyat, mengingat Pos Kota diperuntukkan untuk kalangan menengah ke bawah, sebagai bacaan yang ringan dan mudah untuk dimengerti.
Selamat jalan bapak Harmoko, setiap kinerja yang telah engkau berikan ke bangsa ini akan selalu dikenang hingga akhir hayat ibu pertiwi. (cr03)