SEORANG wanita nampak emosi, itu terlihat dari gerakan tangannya yang menunjuk-nunjuk. Entah kalimat apa yang ditumpahkan kepada petugas gabungan penyekatan di jalan raya tersebut. Tapi, yang jelas itu emak-emak marah banget pada petugas.
Wanita tadi bukan satu-satunya yang mencak-mencak di momen hari raya tersebut. Coba saja itu ada wanita juga yang akan menuju tempat wisata di Banten pun sama, marah pada petugas.
Peristiwa orang marah pada petugas di titik penyekatan, bisa terjadi hampir setiap saat. Memang sih nggak semua orang mengumbar emosinya.
Sebagian besar malah nurut apa yang diperintahkan petugas untuk putar balik, dan membatalkan tujuan semula, mudik atau ke tempat wisata.
Dalam kurun waktu hampir sebulan belakangan, di dalam bulan Puasa atau jelang Lebaran, telinga kita hampir setiap saat mendengar kata mudik, putar balik, penyekatan, tentu saja diluar kata Covid 19, yang masih top markotop.
Penyekatan dan putar balik, misalnya satu momok yang cukup bikin ketar-ketir pemudik. Tentu saja bagi mereka yang nggak memenuhi berbagai syarat, surat-menyurat tes berkaitan corona.
Jadi bagi warga yang tidak memenuhi hal tersebut, siap-siap saja untuk tidak melanjutkan niatnya mudik.
Silakan putar balik, nggak perlu ngotot melanjutkan perjalanannya.
Kalau itu dilanjutkan maka akan berhadapan dengan berbagai rintangan yang disiapkan petugas, di setiap tempat, titik-titik penyekatan jalan menuju mudik.
Jika masih mau ngotot, pada akhirnya akan ribut dengan petugas, seperti peristiwa di atas.
Putar balik di masa normal adalah satu akses untuk melancarkan jalannya kendaraan. Ini dilakukan karena kendaraan sangat padat, dan tidak bisa langsung memotong jalan.
Maka untuk belok kiri atau kanan ada jalan putaran untuk putar balik. Kendaraan bisa berbelok dengan aman dan lancar, nggak mengganggu kendaraan lain.
.png)
