Selasa, 19 Januari 2021, seperti biasa kami Tim 9 Bermasker berkumpul di pantai Pluit, bicara ngalor-ngidul, semaunya. Utamanya, ngobrol pandemi covid-19 yang tak kunjung menurun.
Salah satu rekan mengatakan, dengan obat herbal kita bisa melawan covid-19 secara efektif. Ada yang juga menganjurkan untuk melakukan suntik istimewa.
Kemudian dibahas rencana perjalanan ke beberapa makam leluhur di Magelang dan Yogya. Kami menjalani dulu test antigen. Semua negatif.
Memang aneh, di Indonesia masih saja ada orang yang percaya, Covid-19 itu tidak ada. Sehingga, pemerintah yang sudah pontang panting memberi arahan, tapi aturannya sering dilanggar.
Rabu, 20 Januari 2021, jam tujuh pagi saya dan sebagian rekan meninggalkan Jakarta.
Melintasi cuaca tidak menentu, kadang gelap tapi kemudian terang. Ini bulan Januari, orang masa lalu menyebut Januari adalah singkatan dari “hujan sehari-hari”.
Hujan, kadang dinanti-nanti manusia, tapi jika terlalu deras menjadi banjir, tanah longsor dan seterusnya.
Jam 12 siang tiba di kota Tegal, Jawa Tengah, semua rombongan, makan siang di Wendy, restauran sate kambing muda.
Sore itu sampai di Magelang. Rekan Osdar nampak bahagia, berada di kota masa kecilnya, hampir semua orang yang dijumpai, disapanya.
Ada seorang bapak-bapak bernama Muslim yang sedang memandikan burungnya ditanya, “Niku manukke sinten pak (Itu burungnya siapa Pak )?”
Muslim langsung menjawab, “Manuk niki nembe winggi mlebet omah kulo, lajeng kulo ingoni (Burung ini baru kemarin masuk rumah saya, lalu saya pelihara)”.