JADI “berondong”, Hanafi (30), mencoba memberikan servis total pada janda Nurwanti (41). Tapi saking hotnya, sijanda jadi ngeri karena cupangan si berondong meninggalkan bekas seperti gigi drakula. “Gigimu kok seperti drakula…” ujarnya. Diledek seperti itu Hanafi kalap dan tega membunuh si janda kesepian.
Wanita piara “berondong” biasanya punya dana berlebih, sehingga bisa manjakan si doi secara total. Tapi celakanya, tak semua janda kesepian benggolnya selalu tercukupkan ketika berburu bonggol. Janda kesepian model begini bisa saja malah jual mahal pada “berondong-nya, sehingga minta ini itu di luar kemampuan si doi. Akibatnya pun bisa macam-macam.
Janda Nurwanti yang tinggal di Tanjung Laut Bontang (Kaltim) termasuk wanita yang nafsu besar tapi dana kurang. Sejak menjanda 3 tahun lalu karena bercerai, praktis dia menjadi kesepian. Hiburannya di rumah sekarang tinggal bersama 3 anaknya yang mulai beranjak gede. Yang ABG sudah duduk di SMP dan nomer 2 dan tiga masih duduk di SD
Tapi hiburan anak saja apa cukup? Nurwanti memang tak pernah dengar hadist yang mengatakan bahwa surga jaminannya bagi janda yang memilih membesarkan anak ketimbang nikah lagi. Karenanya beberapa tahun ber-“solo karier”, benar-benar hidup terasa sepi seperti lagunya “Koes Plus” tahun 1970-an. “Matahari tlah bersinar sayaaang oh…..”, kata Koes Plus seakan menyindir wanita model Ny. Nurwanti.
Matahari memang tlah bersinar, tapi jiwa Nurwanti justru meredup. Mau nikah kembali, tak ada lagi lelaki yang berminat pada dirinya. Di samping usianya beranjak tua, anak tiga biji selalu menjadikan kendala bagi lelaki yang mau mendekati. Mengawini janda model Nurwanti mengakibatkan pembengkakan anggaran, karena belum-belum sudah ketiban beban membesarkan anak-anak bawaan istri. Maka banyak lelaki yang tadinya minat, begitu anak sudah tiga langsung mundur teratur.
Lalu munculah anak muda namanya Hanafi. Sampai usia kepala tiga belum punya gebedan karena kini banyak gadis pemeluk faham “witing tresna merga atusan lima” alias materialistis. Ketimbang cari gadis susah, mending janda juga nggak papa. Yang penting malam hari nggak kedinginan lagi.
Mulailah dia mendekati Nurwanti, dan sijanda itu pun cepat tanggap. Karena sama-sama butuh, beda usia jauh nggak masalah, yang penting asas simbiosis mutualis (kerjasama saling menguntungkan) terpenuhi. Keduanya lalu pacaran dengan segala aktivitasnya. Sijanda punya medan penyaluran sedangkan Hanafi menganggap si janda sebagai medan pelatihan.
Pekerjaan Hanafi memang tidak jelas, jika tak mau disebut serabutan. Nurwanti yang punya usaha kecil-kecilan sering membantu keuangan si berondong ala kadarnya. Dan karena dia sudah cocok dengan janda Nurwanti, sekali waktu dia mengungkapkan keinginannya untuk menikahi. “Nggak nyesel nikahi aku yang lebih tua? Kalau serius, punya mahar berapa?” tantang Nurwanti.
Dianggap hanya bercanda, tak dianggap serius pertanyaan Nurwanti. Lain waktu kembali keduanya ketemu di sebuah hotel. Saat pemanasaan, saking hotnya Hanafi sampai hampir meggigit leher Nurwanti. Mungkin merasa sakit, dia lalu ambil cermin, dan memang benar ada bekas gigi Hanafi di leher Nurwanti. “Kamu itu lho, gigi kok sampai seperti gigi drakula.” Ujarnya meledek.
Tak hanya itu, Nurwanti juga menagih soal uang mahar untuk menikahi. Ternyata Hanafi tak bisa menjawab tegas, sehingga si janda pun mengancam, “Ya sudah, kalau begini kita putus saja.” Nah, diancam demikian Hanafi jadi merah, sehingga doi langsung dihajar dan dicekik. Matilah sijanda malang itu. Hanya hitungan hari Hanafi berhasil ditangkap polisi. Dalam pemeriksaan dia mengaku tersinggung karena diledek sebagai berondong bergigi drakulla.
Gigi macam drakula, jarang sikatan lagi. (TK/Gunarso TS)