Memilih “Biarkan Aku Pergi” Karena Bini Buat Bancakan

Sabtu 09 Jan 2021, 07:30 WIB
nah-ini-dia

nah-ini-dia

BENAR-benar kasihan nasib Sumingan (60), dari Purworejo (Jateng) ini. Separo umurnya, habis dalam pengembaraan. Dia jarang di rumah, karena istrinya yang cantik itu dibuat “bancakan” tetangga. Punya anak 5 rupa-rupa warnanya. Tahu-tahu menghilang, dan dikabarkan mati di jalan sebagai orang tak dikenal.

            Tak semua lelaki bahagia dengan istri nan cantik. Jika suami cacat fisik, impoten misalnya, punya bini bidadari tapi tetap saja bagaikan “wastra lungsed ing sampiran” (barang bagus dianggurkan). Dan suami pun akan menjadi frustrasi ketika tahu nasibnya bagaikan lagu anak-anak TK. Punya anak 5 tapi rupa-rupa warnanya. Ada yang mancung, ada yang pesek, ada yang hitam. Meletus hati didada ini rasanya, dorrrrr…….

            Bagi orang desa, jadi kerabat Pak Kades adalah sebuah kehormatan tersendiri. Demikian pula dengan Sumingan warga Kec. Ngombol ini, meski omongannya tidak jelas, nyaris gagu, tapi tetap dihormati warga karena adik Pak Lurah. Maka ketika usianya lebih dari 30 tahun belum juga nikah, buru-buru dicarikan istri warga setempat.

            Adalah Hartini (20), (kala itu) merupakan kembang desa. Dia dibujuk-bujuk keluarga agar mau dijodohkan dengan Sumingan yang gagu itu. “Kamu jadi bini dia, ibarat kata tinggal “mamah karo mlumah” (baca: terjamin),” begitu kata orangtuanya. Dan karena didesak terus, jadi juga dia dipersunting adik Pak Kades itu. Nah derajat orangtua Hartini pun naik, karena besannya adalah orang nomer satu di kampungnya.

            Tapi ternyata, Sumingan ini di samping gagu juga impoten, lantaran burung miliknya tak bisa bernyanyi tri lili……Setahun menikah, Hartini tak juga punya momongan. Karena dewi yang cantik itu hanya dijadikan “monument” belaka, tak pernah disentuh. Sumingan memang tak pernah ada minat untuk menyentuh.

            Para suami petualang di kampung itu mulai tak sabaran, ada yang mencoba cari kesempatan urusan yang sempit-sempit. Namanya Darmo, 30, dia berhasil menyelinap ke kamar Hartini ketika suami tak di rumah. Hasilnya 6 bulan kemudian terlihat bini Sumingan pun hamil. Sebetulnya suami juga kaget, tapi karena tak bisa berkomunikasi, kekecewaan itu diwujudkan dengan hobi barunya, traveling. Dia suka ngelayap keluar kota tanpa tujuan jelas.

            Bagaimana biaya untuk ke DTW (Daerah Tujuan Wisata) Samingan? Cukup ongkos sekali jalan saja. Nanti di kota itu dia akan nginep di rumah orang sekampungnya di kota tersebut. Karena dia adik Pak Lurah, tentu saja sangat dihormati. Saat pulang akan diberi sangu yang cukup. Dari kota B, Samingan akan pindah ke kota C. Pokoknya asal tahu alamatnya pastilah akan jadi DTW Samingan yang ke berapa.

            Karena Samingan jarang di rumah, semakin bebas para tetangga memanfaatkannya. Bahkan pernah kejadian, ada warga yang sok pahlawan, mencoba menggerebek Soma (40), yang tengah mengencani Hartini. Begitu Soma keluar loncat jendela, langsung saja ditangkap bak bola PSSI, …..krekep! Tapi hanya bisik-bisik sebentar, gantian sang penggrebek yang masuk jadi generasi penerus.

            Begitulah, sampai Hartini punya anak 5, rupa-rupa warnanya. Sebab itu hasil andil dari sejumlah lelaki tetangganya. Sebetulnya Hartini juga sudah mengingatkan suami, sudah mulai tua jangan suka bepergian jauh macam turis saja. Tapi Sumingan tak peduli akan nasihat istrinya. “Biarkan aku pergi….”, katanya bak judul film Indonesia.

            Dan Sumingan terus jadi pengembara, dari Purworejo, Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Malang, Yogyakarta, Solo. Pokoknya semua kota yang ada tinggal orang sekampungnya, pasti didatangi. Lama-lama keluarga besarnya malu juga sehingga ada yang menasihati, “Kalau Sumingan ke sini, kasih sangu pas-pasan saja, biar dia nggak ke mana-mana.”.

            Dan… sebelum Covid-19 ini mewabah, Sumingan sudah tak pernah pulang ke Purworejo lagi. Keluarga besarnya juga sudah malas untuk mencarinya. Kabarnya dia mati di jalanan sebagai mayat tak dikenal. Dan istrinya pun tak lama kemudian juga meninggal. Berdosalah keluarga yang “menjerumuskan” Hartini dulu.


News Update