NY. MENUK ( 40), bener-bener istri koplak. Di kala penghasilan suami menurun drastis karena terdampak Covid-19, tetap saja anggaran bersolek tak mau dipangkas. Ditambah hobi istri yang ngirian pada tetangga benar-benar bikin Panut (45), babak belur kantongnya. Ketimbang makan hati, bercerai sajalah.
Di musim Corona ini, makin terkuak banyak istri yang tak tahan banting. Ketika penghasilan suami ngedrop bahkan hilang, tega-teganya minta cerai. Dari berbagai catatan di Pengadilan Agama terungkap, angka perceraian meningkat karena istri tak tahan suami jadi penganggur dadakan. “Kami butuh benggol, bukan hanya bonggol melulu,” kata para calon janda itu.
Nah, salah satu istri yang tak tahan banting itu ya Menuk warga Surabaya. Di kala suami gaji cukup, dia berlagak wanita sosialita, suka ngelayap bersama ibu-ibu, untuk shoping dan traveling, padahal suami di rumah gulung koming. Bagaimana nggak gulung koming, postur anggaran cukup hanya untuk belanja rutinitas, mengasapi dapur dan biaya pendidikan anak.
Istri Panut ini memang cantik, maka dalam usia kepala empat sekarang dia ingin tetap menjaga kecantikannnya. Tak hanya rajin senam kebugaran, juga beli piranti make up yang mahal. Malu katanya jika kalah sama tetangga. Akibatnya, karena nafsu belanja Menuk kelewat tinggi, neraca keuangan rumahtangga berdarah-darah. Bila diperiksa BPK, pastilah dapatnya status disclaimer.
Ketika wabah Corona merebak, Panut sudah mengingatkan istri, jangan shoping melulu. Tapi Menuk malah mendebat bahwa kan justru Pak Jokowi yang minta rakyatnya terus belanja sebagai bukti bahwa daya beli rakyat terus menguat. “Tapi apakah kita dapat Bansos dan stimulus dari presiden?” kata Panut jengkel.
Iya juga sih, tapi sebagai wanita sosialita Menuk tak mau mengakuinya. Justru dia minta pada Panut agar APBD rumahtangganya jangan dipangkas.Menuk beralasan, boleh saja negara setengah lockdown, tapi kita tak mau laut daun. Maka kepada suami minta agar pada AOBD Perubahan ada tambahan anggaran yang signifikan.
Tambahan anggaran Mbahmu, kata Panut. Soalnya tiba-tiba dia juga dirumahkan. Gaji tinggal separo, tanpa trasnpor tanpa uang makan. Maka sekali lagi Panut mengingatkan, kwartal II-2020 anggaran kita sudah minus 5 persen, masaka nanti kwartal III-2020 makin jeblok lagi. “Ini pertanda resesi rumahtangga,Bu.” Kata Panut serius.
Tapi Menuk tak peduli, mau resesi kek, mau ereksi kek, bodo amat! Yang penting gaji tiap bulan utuh. Jika dipangkas, dia akan menggunakan hak interpelasinya, bertanya gaji utuhnya dikemanakan?
Pusing Panut menghadapi bininya. Ketimbang pusing punya bini model Menuk, maka mau diamputasi saja lewat gugatan cerai ke PengadilanAgama Surabaya.
Bagaimana soal anak? Menurut Panut sih semoga hak asuh pada dirinya. Dia tak yakin Menuk bisa mengurus anak, karena demennya dal-dalan (ngelayap) bersama ibu-ibu tetangga. Dan Panut tak mau jiwa anak rusak gara-gara kelakuan emaknya.
Nggak ada uang. Giliran istri “ditendang”. (JPNN/Gunarso TS)