DPR: Ironis, Pekerja Kantoran Mestinya Paham Protokol Kesehatan Tapi Malah jadi Klaster Corona

Kamis 30 Jul 2020, 14:35 WIB
Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo. (ist)

Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo. (ist)

JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo menilai, tren perkantoran sebagai  klaster baru penyebaran virus corona adalah sebuah ironi, mengingat perkantoran itu sendiri dihuni orang yang berpendikan serta memahami apa dan bagaimana protokol kesehatan Covid-19.

"Saya mengatakan kenyataan ini sangat ironis. Mengapa? Karena orang-orang yang berada di kantor kan umumnya berpendidikan. Nah, semestinya mereka sudah paham bagaimana seharusnya menyikapi ancaman Covid-19 ini. Tapi kan kenyataannya, banyak perkantoran yang kini menjadi klaster baru, khususnya di Jakarta," kata Rahmad Handoyo dalam keterangannya kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (29/7/2020).

Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan, sebelum vaksin ditemukan, kunci kemenangan dalam perang melawan Covid-19 hanya satu, yakni displin yang tinggi. Mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah, menggunakan masker, jaga jarak dan cuci tangan.

"Kalau protokol kesehatan, misalnya jaga jarak, penggunaan masker dan anjuran untuk mencuci tangan pun terabaikan atau dianggap remeh, ya begini jadinya," katanya.

Legislator asal Boyolali, Jawa Tengah ini mengatakan, maraknya penyebaran virus corona di perkantoran  ini merupakan keprihatinan bersama. Semua pihak, dalam hal ini pihak perusahaan, karyawan harus bersama-sama meningkatkan kewaspadaan.

"Saya ingin mengimbau, khususnya kepada  para pekerja di kantoran, mulai lah mendisplinkan diri sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah. Kenyataan yang menghawatirkan ini harus jadi proses pembelajaran bersama agar kasus klaster perkantoran ini tidak meledak kembali dan semakin parah,"katanya.

Menambahkan keterangannya, Rahmad Handoyo mengatakan, dalam menghadapi pandemi banyak hal yang semestinya jadi bahan evaluasi. Dikatakan, peringatan WHO tentang airborne, yakni penularan virus corona lewat udara juga harus menjadi perhatian.

"WHO sudah mengatakan tentang airborne, karena itu sirkulasi di udara juga harus diperhatikan. Pokoknya semua protokol kesehatan yang dianjurkan WHO dan pemerintah itu harus benar-benar dijalankan,' katanya.

Masih menurut Rahmad, masih sering dalam rapat di kantor jarak di antara peserta terabaikan. Sering juga, saat berbicara masker sengaja dibuka.

"Jangan salah, justru hal sepele, seperti membuka masker saat rapat, hal seperti ini berpotensi menjadi penyebaran virus corona dari orang terpapar tanpa gejala (OTG). Akhirnya, perusahaan jadi klaster baru," katanya.

Rahmad mengingatkan, sesuai data yang dikeluarkan Gugus Tugas, di Jakarta sebanyak 66 persen orang yang terpapar virus corona tertular dari orang tanpa gejala (OTG). Karena itu, katanya, saat rapat di kantor, masker sering dibuka. Padahal, saat masker terbuka itu lah virus menyebar. (rizal/ys)

News Update