Demi Mesum Berkelanjutan, Suami pun Dihabisi PIL

Sabtu 22 Feb 2020, 07:20 WIB

TUTI, 36, menyesal jadi istri Subarjo, 42. Baik hanya di awal, belakangan kejam pada istri, jago marah. Ketimbang makan hati, maka ketika punya PIL Suryono, 33, tetangga sendiri, diperintahkan untuk membunuhnya agar mesumnya berkelanjutan. Tapi akhirnya, Tuti dan Suryono bakal masuk penjara LP Lampung.
    

Cari pacar lelaki suka berlagak seperti Cagub dan Capres, janji macem-macem, tapi setelah berhasil lupa akan janjinya. Orang pacaran juga begitu, saat mau dapat penampilannya dibuat begitu santun, apa lagi kalau seiman. Tapi semua itu hanya etalase belaka. Setelah jadi suami istri, ketahuan aslinya. Narasi yang ditawarkan selama ini hanya janji gombal penuh kepalsuan.
   

Subardjo rupanya juga seperti itu. Ketika hendak mendapatkan Tuti 8 tahun lalu, penampilannya sungguh menawan, tutur katanya santun, karena dia memang ahli menata kata. Maka Tuti pun terpikat karenanya, sehingga menyerahkan segenap jiwa raganya. “Jadi bini Subarjo maju ekonominya, bahagia istrinya,” begitu janjinya.
    

Itu hanya dipenuhi di awal-awal rumahtangganya. Setahun kemudian mulai tampak aslinya. Barjo pernah janji pertumbuhan ekonomi keluarga akan mencapai 7 persen setahun, tapi ternyata muterrrr sekitar 5 persen saja. Katanya akan membangun infrastuktur rumah jadi megah, nyatanya tembok retak saja tak sempat  memolesnya lagi.
    

Paling menyebalkan, Subarjo sekarang gampang emosian, mudah tersinggung. Jika sudah begini, tangannya maju  dan mendarat ke pipi istrinya, tapi malamnya minta begituan juga! Lama-lama cinta Tuti pada Subarjo jadi erosi, sampai-sampai pernah mengutuknya, “modara sisan (matilah kau)!”
    

Segala penderitaan batinnya kemudian diceritakan pada Suryono, pemuda tetangganya. Anak muda ini memang bisa jadi pendengar yang baik, sehingga segala uneg-uneg Tuti semakin tertumpahkan.  Apa lagi Suryono ini punya bakat motivator macam Mario Teguh. Katanya, “semua penderitaan itu anggap saja sebagai cobaan, dan jika diterima dengan ikhlas, maka akan meringankan jiwa dan perasaanmu. Itu!”
    

Lama-lama Tuti bisa simpati pada Suryono, bukan sekedar simpati antar tetangga, tapi simpati antar pria dan wanita. Nah, di sinilah kemudian terjadi kontradiksi. Di rumah pertumbuhan ekonomi Tuti-Subarjo hanya 5 persen, bersama Suryono pertumbuhan simpatinya mencapai 50 persen, sehinga menjelma jadi cinta.
    

Cinta lelaki dan wanita jika sudah menjelma menjadi sebuah koalisi, haruslah dilanjutkan dengan eksekusi. Maka di kala suami kerja Tuti sering melayani Suryono bubungan intim bak suami istri. Ini terjadi berulangkali, kadang di rumah sendiri, kadang di rumah Suryono, namanya: goyang ranjang balasan.
    

Subarjo belum mengendus kelakuan mesum istrinya itu. Namun demikian Tuti selalu was-was bahwa suatu ketika bakal ketahuan. Maka kemudian dia menyarankan pada Suryono untuk melenyapkan sekalian. “Kalau dia mati, perselingkuhan kita takkan terbongkar dan kita nanti kawin,” kata Tuti.
    

Rupanya Suryono sudah kebanyakan micin, sehingga menelan mentah-mentah segala kata Tuti. Di belakang pabrik roti Lampung, Subardjo dibunuh dengan cara dipentung kepalanya, ditambah bonus pukulan pada  kakinya. Tapi beberapa hari kemudian kejahatan Suryono-Tuti itu terungkap oleh polisi.

Namun demikian Tuti tenang saja. “Biarlah dia mati, hidup juga selalu menyakitiku,” katanya.
    


News Update