Oleh S Saiful Rahim “KOK kau bengong, Dul?! Kemarin kucingku mati 8 ekor gara-gara bengong,” kata seseorang yang baru masuk ke warung kopi Mas Wargo seraya menepuk bahu Dul Karung yang duduk termangu di dekat pintu. Sebelumnya, ketika tiba di ambang pintu masuk, orang itu telah mengucapkan “assalamu alaykum” walaupun tidak fasih. “Astaga, apa itu bengong?” tanya orang yang duduk di ujung kiri bangku panjang. Satu-satunya tempat duduk semua pengunjung. “Bengong itu melamun atau termenung,” jelas Mas Wargo yang biasanya tidak suka ikut campur obrolan para pelanggannya. “Satu lagi, Mas!” sambar orang yang berkaus semula bertulisan “Medeka atau Mati.” Tapi kata “atau”-nya dicoret dan diganti dengan kata “sampai.” Sehingga bunyi tulisan di kaus itu menjadi “Merdeka sampai Mati.” “Apa? Teh, kopi, teh susu, atau kopi susu?” sambar Mas Wargo tangkas. “Hus! Aku bukan mau pesan minuman lagi, Mas. Tetapi mau menjelaskan soal arti kata ”bengong” yang Mas jelaskan kurang satu. Mas kan bilang “bengong” sama dengan “melamun atau termenung?” Padahal ada satu kata lagi, yaitu “termangu,” jawab orang itu dengan suara penuh semangat revolusi. “Tuan pejuang dan seluruh tuan-tuan yang hadir di warung kopi ini, saya bangga mendengar obrolan tuan atau bung. Masih penuh dengan semangat revolusi. Tapi sekarang, menurut saya, elan dan semangat revolusi itu harus kita ganti. Dari semangat merebut kemerdekaan menjadi semangat mengisi kemerdekaan! Sebenarnya dulu pun, ketika menjadi presiden, Bung Karno berkali-kali pesankan hal itu, Tetapi sampai sekarang kemerdekaan kita rasanya masih belum berisi! Masih ksosong. Padahal, rumah saja kalau kosong bisa dimasuki orang, apalagi kemerdekaan yang jauh lebih penting dan berharga daripada rumah,” potong seseorang yang duduk tepat di depan Mas Wargo. Melihat pakaian dan ketenangannya berbicara, tersirat bahwa orang itu bukan warga peminum kopi di warung kakilima. Pantasnya dia duduk di kafe berbintanglah. “Kita ini telah merdeka 74 tahun. Saya yakin kita semua dapat mempertahankan kemerdekaan ini. Sekarang kan penduduk dunia di mana pun mereka ada, sudah sadar bahwa merdeka adalah hak asasi manusia. Artinya, kalau ada bangsa atau manusia terjajah di zaman ini, bangsa atau manusia yang lain akan berteriak bahwa si terjajah itu harus diberikan kemerdekaan. Penjajahnya baik terselubung atau terbuka akan ditunjuk hidungnya oleh seluruh manusia sedunia. Harus diberi kemerdekaan. Tapi setelah suatu negeri merdeka, apa yang diperoleh atau bisa diperbuat bangsa itu? Nah! Ini tergantung negara yang telah atau baru merdeka itu. Saudara sebangsa kita yang lahir pada hari kemerdekaan dulu, kini sudah menjadi kakek-kakek atau nenek-nenek. Apakah mereka setiap hari sudah bisa menikmati apa yang mereka inginkan? Kalau belum, apa artinya merdeka bagi mereka? Anak cucu mereka masih susah untuk bersekolah. Kalau bersekolah saja susah di mana mereka dapat menggali ilmu untuk mengisi kemerdekaan? Yang justru mudah mereka temukan, karena ada di depan banyak mata, adalah orang-orang sebaya ayahnya yang berebut jabatan. Berebut duit tanpa mempedulikan itu duit halal atau haram. Bahkan tanpa malu-malu keluar ajakan untuk “sowan” kepada teman selasykar dulu yang baru saja mendapat kursi empuk. Atau teman yang baru kebagian kursi empuk berteriak “Ayo cari teman-teman kita dulu. Jangan sampai kursi itu diduduki orang lain.” “Assalamu alaykum! Aku pamit duluan ya. Ada urusan dengan teman seperjuangan dulu yang mesti aku selesaikan sekarang,” kata Dul Karung seraya meninggalkan warung dan meninggalkan utang. (***)
Setelah Zaman Perang Lewat
Minggu 25 Agu 2019, 06:06 WIB

Editor
[email protected] Follow Poskota
Cek berita dan informasi menarik lainnya di Google News sekaligus ikuti WhatsApp Channel POSKOTA untuk update artikel pilihan dan breaking news setiap hari.
News Update
GAYA HIDUP
7 Wisata Malam di Bandung yang Selalu Ramai Saat Nataru, Cocok untuk Keluarga dan Anak Muda
23 Des 2025, 22:14 WIB
TEKNO
Bocoran Spesifikasi iQOO Z11 Turbo: Pakai Chipset Snapdragon 8 Gen 5 dan Baterai 7.600 mAh
23 Des 2025, 22:00 WIB
Nasional
Tiga Dapur SPPG Naungan PPUMI Diresmikan, Pemberdayaan Masyarakat Akan Masif
23 Des 2025, 21:49 WIB
JAKARTA RAYA
PAM Jaya Siapkan WTP Mobile dan Mobil Tangki Air untuk Korban Bencana Sumatra
23 Des 2025, 21:38 WIB
TEKNO
Cuma Rp2 Jutaan, Oppo A6 Hadirkan 8 Fitur Next Level yang Bikin HP Entry-Level Terasa Premium
23 Des 2025, 21:30 WIB
JAKARTA RAYA
Tolak Uang Ganti Rugi Proyek Tol Semanan-Sunter, Warga Duri Pulo Jakpus Siap Menggugat
23 Des 2025, 21:14 WIB
HIBURAN
Kontroversi Tak Berujung Bonnie Blue: Pernah Bermasalah di Bali Kini Berulah Kembali di London
23 Des 2025, 21:00 WIB
JAKARTA RAYA
Pemprov Jakarta Kirim 27 Ton Bantuan ke Wilayah Terdampak Bencana Sumatra
23 Des 2025, 20:35 WIB
EKONOMI
Harga Bisa Tembus Puluhan Juta, 5 Koin Rupiah Kuno Paling Diburu Kolektor di 2026
23 Des 2025, 20:00 WIB
JAKARTA RAYA
Sejumlah Sekolah di Depok Dapat Ancaman Bom, Polisi Pastikan Enam Lokasi Aman dari Bom
23 Des 2025, 19:59 WIB
JAKARTA RAYA
Polda Metro Jaya Gelar Patroli Gabungan Operasi Lilin Jaya 2025, Sasar Stasiun dan Gereja
23 Des 2025, 19:54 WIB
JAKARTA RAYA
Pelaku Teror Bom lewat Email ke Sekolah di Depok Mengaku Korban Pemerkosaan, Ini Isi Pesannya
23 Des 2025, 19:45 WIB
HIBURAN
Pengakuan Ridwan Kamil soal Perceraian dengan Atalia: Akui Kesalahan dan Minta Maaf
23 Des 2025, 19:37 WIB
OTOMOTIF
Yamaha Aerox-e Resmi Hadir di India, YIMM Tegaskan Belum Masuk Indonesia
23 Des 2025, 19:31 WIB
JAKARTA RAYA
Hadiri Kongres Luar Biasa FKMB 2025, Foke Tegaskan Mahasiswa Betawi Berperan dalam Pelestarian Budaya
23 Des 2025, 19:23 WIB
JAKARTA RAYA
Pesta Kembang Api di Jakbar Ditiadakan, Wali Kota Inisiasi Penggalangan Dana untuk Korban Bencana Sumatra
23 Des 2025, 19:17 WIB